Hey, penyanyi dangdutnya jangan dicolek-colek!” Mas Rahman menegurku.
“Sorry, Mas. Abis nafsu banget sih. Field job udah sebulan nggak ketemu istri begini… berasep juga deh pala,” aku beralasan.

Lalu dia berbisik,
“Sssttttt, kalo emang udah nggak tahan, ada kok solusinya,” begitu dia bilang.
Dalam hati aku terkejut juga. Masak sih Mas Rahman yg beneran alim ini nawarin ‘solusi’? nggak salah?!
“Sssttttt, dengerin ya… dari sini, kamu jalan deh ke bawah sana. Temui Mbak Indah, orangnya cantik yg baru pindah dari kota. Ama dia bereslah… sabtu-minggu dia free, kita-kita sering kok pake jasa dia,” katanya mengedip.Ya udah. Mengikuti rekomendasi Mas Rahman, sabtu pagi, blas! Aku menghilang, turun menuju kantor desa itu. Pas ketemu Mbak Indah, kaget juga. Ternyata dia bener-bener cantik, sangat putih mulus dan manis, tubuhnya juga mantap abis, tinggi dan sangat montok walau agak sedikit gemuk. Tak apa, yg penting perabotnya tetap bulat dan membusung, tipe kesukaanku. Sayangnya, dia orangnya agak sulit dirayu. Tp karena sudah telanjur konak, ditambah sudah direkomendasi sama Mas Rahman, maka aku pun nekat. Kudekati dia.
“Malam, Mbak.“ sapaku dgn sopan.
“Malam juga,“ sahut Indah yg kemudian memperkenalkan diri, nama lengkapnya ternyata Indah Dumilah, asal Surabaya, 20 januari 1983. Kujabat tangannya yg halus saat dia mengulurkannya sambil sekaligus kulirik besaran pyudaranya yg sedikit terbuka. Hmm, cukup montok dan sintal juga.
“Kamu kerja sama Mas Rahman ya?” tanyanya kemudian.
“Iya mbak, sy temennya mas Rahman.“ sahutku dgn tersenyum.
Dgn tdk canggung, kami mulai berbincang-bincang. Kubelikan dia minuman agar kami menjadi lebih akrab.
”Udah Mas. Jangan repot-repot.” dia menolak dgn halus. “Nggak pa pa, Mbak… sy senang dapat teman baru,“ sahutku dgn senyum menggoda sambil terus mencuri-curi pandang ke arah payudaranya yg montok itu, kubayangkan kepalaku tenggelam dalam belahan buah dadanya yg curam dan lembut, uugghhh betapa nikmatnya.
”Betah kerja disini mas?” tanya Indah lebih jauh.
“Yah, lumayan. Apalagi kalau ditemenin perempuan cantik seperti Mbak.“ kataku menggoda sambil menaikkan sedikit kepalaku sehingga bisa melihat lebih dalam gundukn payudaranya.
Indah ikut tersenyum sambil semakin merendahkan dadanya, membuat segala yg ada disana jadi menggantung sangat indah.
“Iih, mas bisa aja,” sahutnya.
“Mbak Indah disini kerja apa?” tanyaku penasaran.
“Sy mengajar kesenian di SD, cuma bantu-bantu, biar ada kegiatan sambil nungguin anak sy yg lagi diterapi.” jelasnya.
”Diterapi?” tanyaku tak mengerti dgn mata kembali melirik ke arah belahan payudaranya.
”Iya,” mbak Indah mulai menjelaskan segala tentang putri kecilnya Ayla yg divonis autis oleh dokter. ”Begitu mendengar kalo disini ada terapi autis yg bagus, sy langsung kesini.” tambahnya..Aku ikut simpati mendengarnya, tp tetap tak menyurutkan niatku untuk bisa menikmati keindahan tubuhnya. Abis udah terlanjur konak sih. Sore itu kami ngobrol-ngobrol banyak, Indah curhat banyak kepadaku bak teman lama yg baru bertemu kembali. Tp saat kuutarakan niatku, dia langsung menyuruhku untuk diam.
”Iya, sy ngerti.” potongnya.
”Seperti yg biasa dilakukan mas Rahman dan teman-temannya kan?” tebaknya.
Aku mengangguk.”Jadi, kita langsung aja?” tanyaku sambil melirik paha mulusnya yg dibalut rok pendek ketat selutut.
”Tarifnya 300 ribu sehari, sudah tahu kan?” tanyanya.
Aku mengangguk lagi. Uang segitu sih sedikit buatku, malah menurutku murah banget bila dibanding tubuhnya yg aduhay.
“Jadi kalau sampai minggu sore, sy harus bayar 600 ribu gitu?” tanyaku.
Dia mengangguk.
”Dan dibayar di muka, hehehehehehe” Indah tertawa.
Kukeluarkan dompetku dan segera membayarnya. Setelah menerima dan menghitungnya, Indah kemudian menyelipkannya ke balik saku.
”Sy senang berbisnis dgn orang-orang kayak, Mas.” dia tersenyum menggoda.
”Sy juga, senang bisa mengetahui ada orang secantik mbak Indah di desa terpencil seperti ini,” sahutku.
”Kalau nggak karena mau mengobatkan anak sy, nggak mungkin sy berada disini, Mas.” balasnya.
Kami kembali saling menatap dan tersenyum.
“Hmm, suami Mbak dimana?” tanyaku mulai merayu. Aku tdk ingin pas lagi enak-enaknya tiba-tiba suaminya datang mengusirku.
“Suami sy ada di Jakarta, kerjaanya nggak bisa ditinggal,” jawaban yg cukup melegakanku.
Tdk berkata lagi, segera kupegang kedua tangannya. Indah sedikit terkejut menerimanya, mungkin karena baru kali ini ada calon pelanggan yg lebih nakal dari dirinya, hehe.
“Maaf, jangan seperti ini.” Indah tersenyum, namun kemudian menunduk.
Saat itulah, dia tanpa sengaja menatap selangkanganku yg sudah menonjol indah, batang k0ntolku yg sudah tegang berat tercetak jelas disana.
”Kenapa tdk? Sy kan sudah bayar mbak.” kulancarkan serangan susulan, cepat kulingkarkan tanganku ke pinggangnya yg ramping.
“Iya, tp bukan… Jangan nakal, Mas!!“ tolak Indah ketika aku berusaha mengusap bokongnya.
”Sy cuma pingin meluk mbak aja kok,” sahutku pendek dgn tetap tersenyum.
Indah terdiam, membiarkan tanganku menempel di pinggangnya. Perlahan aku mendekat ke tubuhnya yg harum, rambut pendeknya yg dicat coklat membuatku semakin mabuk kepayg. Aku terus melancarkan gerilya, tanganku yg nakal mulai merambat ke atas menuju ke tonjolan buah dadanya.
“Tolong, Mas. Kita tdk boleh melakukan ini.” kata Indah dgn nafas memburu, ia tampak mulai tak tenang.
Tangannya berusaha menekan tanganku yg sudah sangat dekat dgn buah dadanya yg besar itu.
“Sudahlah, sy sudah bayar Mbak untuk melayani sy ngentot malam ini.” jawabku enteng sambil langsung memegang payudaranya.
“Jangan kurang ajar, Mas… Mas salah paham!” hardik Indah sengit.
Namun aku tak menghiraukanya. Aku sudah telanjur konak dan kepalang basah, segala omongannya tdk lagi aku dengarkan. Yg ada di pikiranku cuma bagaimana bisa secepatnya merasakan tubuh montok perempuan yg satu ini. Jadi langsung kubekap mulut manis Indah dan kutekan tubuhnya ke sofa. Indah awalnya berusaha memberontak, namun tentu saja kalah tenaga dgnku. Aku sudah memeluknya erat sambil terus memegangi payudaranya yg montok itu, tanganku meremas-remas lembut disana.

Indah berusaha terus memberontak, namun rontaannya itu lama-lama menjadi lemah dan akhirnya berhenti sama sekali. Mungkin dia sadar kalau usahanya itu akan sia-sia belaka.
“Jangan… sy perempuan baik-baik… mas sudah mas salah paham!“ jerit Indah panik saat tanganku mulai melepaskan kancing kemejanya satu per satu.
”Sudah nerima uang, tp nggak mau melayani… apa itu yg disebut perempuan baik-baik?!” tuduhku dgn mata tak berkedip memandangi payudaranya yg mulai menyembul indah.
Indah terlihat marah sekali, wajah cantiknya sampai merah padam dibuatnya.
”Mas tdk mengerti, uang itu….” “Untuk membayar tubuhmu, Mbak!” kupotong ucapannya sambil tersenyum, lalu kuangkat dagunya yg lancip dan langsung kulumat bibirnya yg merah tipis.
Awalnya Indah terlihat sangat kaget, dia menolak keras lumatanku, sekuat tenaga dia berusaha mendorong tubuhku yg kini sudah menindih tubuhnya. Tp saat tanganku dgn kurang ajar menyelinap ke dalam roknya dan langsung masuk ke balik celana dalamnya, dia langsung terdiam. Bahkan desah dan rintihannya yg mulai terdengar, menggantikan umpatan-umpatan kasar kepadaku sebelumnya.
“Ooooggghhh… Ahh… Ahh… Mass… jangan!“ bisiknya dgn nada lemah.
“Jangan apa? Jangan berhenti?!” sahutku nakal sambil mengelus-elus lubang vaginanya yg terasa hangat di telapak tanganku.
Indah hanya terdiam pasrah menerimanya. Kembali aku menunduk untuk melumat bibirnya, untuk kali ini, Indah tdk menolak. Kami saling beradu bibir. Dia menanggapi ciumanku dgn perlahan-lahan, sementara di bawah, tanganku semakin gemas mencolek-colek liang vaginanyanya.
“Mass… mmmpphhhh… sssu-sudah… aah… aku…“ rintih Indah kegelian.
“Sssstttt… diam, mbak nikmati aja.“ sahutku sambil menurunkan cup BH ke bawah sehingga bagian dadanya yg montok itu menjadi tontonanku. Di bawah, kutarik CD-nya hingga ke lutut, membuatku bisa semakin nakal mempermainkan lubang vaginanya.
“Duuh… kok kamu nekat sih, Mas… kalau ketahuan orang gimana?“ tanya Indah dgn mata merem melek keenakan.
Bukannya menjawab, aku malah membuka resluting celanaku dan mengeluarkan k0ntolku yg sudah mengeras dahsyat. Mata Indah langsung melotot begitu melihatnya, dia sampai menutup mulutnya dan mundur sejengkal begitu menatap k0ntolku yg sudah tegak besar.
Aku kemudian berdiri di depannya,
“Kulum k0ntolku, Mbak!!“ pintaku sedikit memaksa.
“Mas, ini bukan urusan sex, tp…“ elak Indah.
Tp aku segera memotongnya kembali,
“Lupakan… rasakan k0ntolku dulu. Mbak juga nakal, dari tadi lirak-lirik selangkanganku terus.“ sahutku sambil menekan kepalanya, memaksa Indah untuk menelan batang k0ntolku. Sadar kalau tdk bisa mengelak, diapun menurut. Indah mulai menjulurkan lidahnya untuk menjilati ujung k0ntolku, kusingkapkan rambutnya agar dia bisa leluasa bergerak, aku juga ingin melihat bagaimana wanita cantik itu mengulum k0ntolku.
Dgn tangan gemetar, Indah memegangnya. Setelah dia menjilati k0ntolku empat kali, dia mulai membuka mulut dan mengulumnya. Tp baru sebentar saja, dia sudah merasa jengah dan meludah ke lantai. Rupanya k0ntolku yg besar itu tdk sanggup disantap olehnya. Namun aku yg sudah kepalang basah terus memaksanya. Sambil kembali kubuka mulutnya, mulai kulepas kemeja hijau yg ia kenakan, kulepas benda itu hingga kini kebesaran payudra Indah benar-benar terekspos indah, membuatku langsung gila dan lupa daratan.
Kurabakan tanganku kesana untuk memegangi bulatannya yg montok, kuremas-remas pelan benda itu sambil kuelus-elus ringan putingnya. Rasanya yg begitu lembut dan kenyal semakin membuatku bergairah dan penasaran, cepat kupelorotkan celanaku hingga kami jadi sama-sama telanjang. Indah memandang tubuh telanjangku dgn sinis, terlihat sekali kalau dia masih belum rela melakukan ini. Dalam hati aku bingung juga, apa sih yg dia inginkan? Uang sudah ia terima, tp kenapa masih belum total dalam melayaniku?
K0ntolku yg besar menjulang karena tegang kembali kusodorkan ke mulutnya, Indah menampiknya hingga benda itu jadi menempel di pipinya. Aku tersenyum kepadanya, namun Indah segera memalingkan mukanya ke samping.
“Ayo dong, Mbak… kan sudah kubayar sesuai tarif, emang uangku kurang ya? Tuh lihat k0ntolku sudah tegang pengen ngentot vagina Mbak Indah.“ rajukku sambil semakin kalap memeluk dan mengelus-elus kemontokan payudaranya yg terburai ke keluar.
”Sudah, Mas… jangan! Bukan masalah uangnya, tp…” tolaknya dgn setengah hati.
“Hmm… susu Mbak Indah besar banget! Sy suka bermain di susu yg besar, nanti k0ntolku kugesek-gesekkan kesitu ya?!“ kataku, membuat Indah cepat-cepat menutupi kedua buah dadanya dgn tangan, dia tampak ketakutan dgn bibir bergetar, tdk menygka ada laki-laki yg begitu nekad ingin menyetubuhi dirinya.
Aku kemudian berjongkok untuk menatap matanya, namun Indah menolak tatapanku dgn memalingkan mukanya. Kulihat lubang di vaginanya sudah mulai basah, aku ganti mengalihkan tatapanku ke situ.
“Kok sudah basah, Mbak… jangan-jangan sudah nggak sabar ya pengen ditusuk-tusuk sama k0ntolku?” tanyaku sambil memamerkan k0ntolku yg masih mengeras dahsyat di depan hidungnya, membuat Indah makin terdiam saat memandanginya.
“Jangan cuma dilihat, Mbak… dipegang juga boleh!“ godaku sambil menggerakkannya naik-turun, membuat benda itu jadi makin kelihatan jantan dan menarik.
“Buka mulutmu. Mbak… kulum lagi k0ntolku.” pintaku.
”Nanti aku oral vagina Mbak sebagai balasannya,“ rayuku semakin menggila, namun Indah hanya menutup mulutnya.
Kusodorkan k0ntolku, dia malah menutup mata dan menggeleng-geleng. Kutekan k0ntolku ke bibirnya yg rapat, kutatap lagi wajahnya yg cantik, Indah memejamkan matanya semakin erat, sama sekali tdk berani menatap k0ntolku. Aku tersenyum, dasar wanita munafik! Kalau memang menolak, kenapa tdk berteriak dan kabur saja, pintu rumahnya kan tdk terkunci!
Kupandangi payudaranya yg montok, yg menggantung sangat indah di depan dadanya. Putingnya yg bulat tampak segar, dgn warna merah muda yg begitu cerah. Keringat yg mulai mengalir di seluruh tubuhnya makin menambah daya tarik benda itu. Bagian vaginanya yg penuh jembut juga terlihat begitu menggoda, dan makin lama kulihat semakin basah seiring rangsanganku yg membuatnya semakin terbuai oleh nafsu.
“Ayo kulum, Mbak!“ kataku lagi.
Indah memundurkan kepala dan membuka matanya, lalu berkata,
“A-aku nggak sanggup, Mas… k0ntol mas besar banget… bibirku kelu!“ rintihnya dgn bibir gemetar.
“Kalau begitu, aku langsung tusuk vagina Mbak aja ya?” ajakku sambil mendorong pundaknya agar ia berbaring telentang di sofa.
“Jangaan maasss!!” tolak Indah gelagapan.
“Berarti kulum k0ntolku dong!” kataku lagi.
“Ti-tdk!!“ sahutnya sekali lagi, matanya kembali terpejam.
Cukup sudah, aku kehilangan kesabaran! Tanpa berkata, cepat kumajukan selangkanganku dan kutekan kuat k0ntolku sampai menyentuh bibirnya.
“Ayo buka, Mbak!!“ hardikku dgn nada tinggi sambil kutekan hidungnya hingga mau tak mau terpaksa Indah membuka mulutnya.
”Hmm,” perlahan bibirnya terkuak, namun sangat kecil.
“Kurang lebar, Mbak!!“ perintahku lagi, yg disusul terbukanya mulut Indah lebih lebar lagi.
Aku langsung mendorong masuk k0ntolku dgn paksa, membuat Indah membeliakkan mata karena saking besarnya.
“Mmppphhhhh!!“ lenguhnya, sama sekali tdk menygka kalau k0ntolku akan melesak keras ke dalam mulutnya, dia berusaha menahan dgn menekan pinggangku agar benda itu tdk masuk lebih dalam lagi.
Saat itu, sudah hampir separo batang k0ntolku yg menancap.
“Ayo, Mbak… buka mulutmu… tinggal sedikit lagi! Buat apa mbak kubayar kalau bukan buat ini?!” bujukku tak sabar sambil menekan k0ntolku kuat-kuat hingga benda itu amblas lebih dalam ke mulutnya. ”Diperkosa itu tdk enak lho, Mbak… mending nikmati aja k0ntolku!!” kataku lagi membujuknya.
Perlahan Indah mulai menjulurkan lidahnya dan menjilati kepala k0ntolku, kurasakan sentuhan dan gesekan lidahnya yg begitu nikmat, membuat k0ntolku jadi seperti dielus-elus daging halus mulus. Sontak aku merasakan horny yg luar biasa, k0ntolku semakin mengacung tegak dan mengeras tajam. Perlahan kutarik dan kumajukan di mulut Indah yg mungil, wanita itupun mengikuti gerakanku, kepalanya mulai bergerak pelan mengulum k0ntolku yg tertanam sesak di dalam mulutnya. Dia mulai mengemut dan mempermainkannya. Ugh… membuatku suka dan tergila-gila.
“Iya… terus, Mbak… nikmat… hisapan Mbak enak banget… argghhhhghh!!“ racauku sambil merogoh buah dadanya yg bergelantungan indah, perlahan kupijit dan kuremas-remas hingga membuat Indah menggeliatkan tubuhnya. Sedikit merintih, dia terus mengulum k0ntolku.
”Sambil dikocok-kocok, Mbak! Aku pengin Mbak bermain-main dgn k0ntolku!!“ perintahku kemudian.
Tdk membantah, Indah kemudian mengocok k0ntolku pelan-pelan. Tangannya yg lentik itu tampak tdk sanggup melingkari batangku. Sambil mengocok, kuminta dia untuk menjilati ujung dan kantung kemihnya juga.
”Yah, bagus… terus begitu, Mbak… oogghhhh… nikmat banget!” rintihku suka.
K0ntolku yg sudah basah oleh air liur itu jadi terasa mudah dikocok olehnya.
“Kita 69, Mbak… siap yaa?“ kataku sambil mendorong tubuhnya agar tiduran kembali.
Indah pun menurut, dia menggeser duduknya lalu rebahan kembali di sofa.
“Aku suka vagina Mbak yg penuh jembut ini, “ ujarku sambil naik ke kursi dan mengangkangi tubuhnya.
”Buka pahanya, Mbak… oooohhhhh… sudah basah banget… Mbak sudah nggak tahan ya? Sabar deh… aku bikin vagina Mbak lebih basah lagi!“ kataku sambil membungkuk dan langsung menjilati vaginanya yg basah itu dgn penuh nafsu.
Indah mendesah dan menggelinjang tak karuan menerimanya, tangannya sampai menggapai-gapai meja yg ada di sampingnya. Sementara aku terus menyapu vagina yg basah itu dgn lidahku, juga kujilati lubangnya yg sempit berkali-kali, serta kuhisap dan kucucup cairan yg keluar dari dalam sana dgn sangat rakus.
“Aaaahhh… ooohh… ooohh… aduuhhhh… pelan-pelan, Mas… geli… geli banget… aku nggak tahan… ooggghhhh…” desis Indah dgn kepala menggeleng-geleng, mulutnya terus menceracau sampai akhirnya kuturunkan selangkanganku tak lama kemudian. Tanpa kuminta, ia langsung melahap dan menghisap k0ntolku yg berada tepat di depan mulutnya.
“Hmm… Mbak sudah doyan k0ntol rupanya,“ godaku sambil kembali mempermainkan lubang vaginanya, aku makin bersemangat menggarap tubuh wanita cantik yg satu ini. Dgn rakus terus kujilati lubang vaginanya, benda itu menjadi semakin basah dan memerah seiring aksi nakalku. Belum lagi pahanya yg montok, yg terus kuelus-elus dgn lembut, sambil jari-jariku meraba dan mengusap-usap bulatan bokongnya, lengkap sudah aku menjelajahi seluruh tubuhnya.
Tubuh kami juga sudah penuh oleh keringat. Sekarang, tdk cuma menjilat, aku juga mulai mempermainkan biji klirotisnya itu. Kukulum dan kusedot-sedot benda mungil itu hingga membuat Indah makin cepat bermain dgn k0ntolku. Kami sudah sama-sama dibuai oleh nafsu.
“Sudah, Mbak!“ kataku saat sudah tak tahan,
“Aku sudah pengin ngentotin vaginamu.” ajakku sambil menahan mulutnya yg masih asyik mengulum k0ntolku. Indah pun menurut, dia memberikan k0ntolku.
Aku pun memutar tubuh dan menindihnya, sekarang kami berbaring saling berhadap-hadapan.
“Lebarkan pahanya, Mbak… wuih, pasti nikmat ngegenjot tubuh Mbak Indah dari atas.“ pujiku tulus.
“Iya… genjot aja tubuhku sepuasmu.“ sahut Indah, inilah kRahmanat pertama yg ia ucapkan dalam 10 menit terakhir.
Puas aku mendengar jawabannya, berarti dia sudah sepenuhnya bisa menerima kehadiranku. Kalau begini kan uang yg aku keluarkan jadi tdk sia-sia. Sambil menurunkan pinggul, kulumat bibirnya yg tipis. Indah membalas pagutanku dan membimbing tanganku agar meremas-remas buah dadanya yg sebelah kiri. Dia sedikit menggeliat saat aku melakukannya, apalagi saat kudesakkan k0ntolku pada lubang vaginanya ygsudah basah, dia langsung merintih dan menjerit kecil.
“Auuuwhhh… s-sakit, Mas!! Aaaa… mmmpphhhh… pelan-pelan!” lenguhnya merasakan tusukan k0ntolku.
“Tarik dulu! ooogghhhhh…“ tambahnya kemudian.
Tdk ingin membuatnya kesakitan, segera kutarik k0ntolku hingga ke ujung tp tdk sampai lepas. Saat dia sudah agak tenang, baru kutekan lagi, dan kali ini dgn sekuat tenaga hingga membuat Indah mendongak dan menjerit panjang.
”Ooouughghhhhhhh…. Maass!!” teriaknya pilu.
Segera kubungkam mulutnya dgn ciuman sambil kuatur rambutnya agar tdk menutupi kecantikan wajahnya. Kubiarkan k0ntolku tetap tenggelam di lubang vaginanya, tp tdk kuapa-apakan, kutunggu hingga ia tenang dan santai. Sambil menunggu, daripada nganggur, aku bermain dgn gundukan payudaranya. Kuremas-remas benda bulat empuk itu sambil tak lupa kucium dan kujilati putingnya hingga membuat Indah menjerit lagi karena kegelian.
Setelah dia agak tenang, baru kutarik dan kutekan k0ntolku. Kulakukan secara perlahan, tp tak urung tetap membuat Indah gemetar dan merintih tak karuan. Bahkan dia sampai membusungkan dadanya ke atas. Segera kuhisap semakin rakus sambil kugerakkan k0ntolku keluar masuk di lubang vaginanya semakin cepat. Rasanya luar biasa sesak, tp sungguh sangat enak sekali. Keringat semakin membanjiri tubuh kami berdua, padahal hawa saat itu lumayan dingin. Berkali-kali aku terus turun naik di atas tubuh sintal Indah, dgn tenaga besar kuhujamkan k0ntolku dalam-dalam agar amblas mentok ke dalam vaginanya.
“Oooooohhhhhhh…!!!!” lenguh Indah dgn nafas ngos-ngosan itu, aku terus memberondongnya, sama sekali tdk memberinya jeda untuk bernafas. Kukejar bibirnya yg menganga tipis dan kulumat sekali lagi sambil pantatku terus naik turun menggenjot tubuh sintalnya.
“Oooohhh… Mass… aaa-aku… aku nggak kuat… ooohhhhh!!“ erang Indah dgn tubuh kelojotan tak karuan, sementara genjotan demi genjotan terus aku lakukan.
Susu montoknya yg tampak bergoyang indah segera kupegangi dan kuremas-remas lembut. Kami terus berpacu dalam gerakan yg saling berlawanan
“Ouuuuhhhhh… vagina Mbak nikmat banget… oooouuhhh…” merasa nikmat, aku menggenjot semakin cepat, aku juga sudah merasa tak tahan. Indah berusaha mengontrol agar k0ntolku tdk sampai muncrat di dalam, namun karena terbuai oleh serbuan, ia pun hilang akal dan akhirnya pasrah jika aku menggelontorkan spermaku menembus rahimnya.
Kurasakan vagina sempit Indah sangat kuat menjepit k0ntolku, matanya yg bulat tampak terpejam rapat menikmati apa yg sedang kulakukan, sementara tubuhnya yg sintal sampai tergoncang-goncang akibat begitu kerasnya tusukan k0ntolku. Saat itulah, ia tiba-tiba menjerit keras sambil merangkul tubuhku. Rupanya Indah sudah mencapai orgasme. Dadanya membusung tegak saat cairan cintanya menyembur keluar.
“AAAaaaahhhhhhhh…!!!” jeritnya kuat dgn tubuh menggelinjang.
Kutingkahi teriakannya dgn geraman kasar saat aku menyusul tak lama kemudian.
”Oooohhhhhhhh…!” erangku sambil kuhujamkan pinggulku dalam-dalam ke lorong vaginanya dan kusemburkan isi k0ntolku disana.
Kami berdua sampai kelojotan bertindihan saat cairan kami bertemu dan bercampur menjadi satu. Indah tampak ngos-ngosan dgn keringat yg membanjir di seluruh tubuh mulusnya, sementara aku juga lemas setelah menguras seluruh isi ’tabunganku’. Kurasakan cairanku begitu banyak hingga sebagian meleleh keluar dari sela sela vagina MbakIndah. Wanita itu masih terdiam dgn dada naik turun menggiurkan dan mata setengah tertutup. Sejenak kami berpelukan, namun aku terkejut ketika tangannya tiba-tiba menepuk pundakku keras-keras.
“Kurang ajar… kenapa dikeluarin di dalam?“ sungut Indah dgn wajah marah.
”Gimana kalo aku sampai hamil?” hardiknya.
”Itu resiko perkerjaan, Mbak, terima aja. Ayo, aku masih pengen lagi!” Kutarik tubuhnya dan kududukkan di depanku, dia tampak shock melihat k0ntolku yg penuh lendir.
“Jilati, Mbak… bersihkan air kenikmatanku… telan semuanya…“ pintaku sambil memegangi kepalanya.
Dgn tatapan kosong, diapun melakukannya. Begitulah, meski awalnya sedikit memaksa, akhirnya aku berhasil melampiaskan segala hasrat birahi ke tubuh wanita cantik pindahan dari kota ini sepanjang sabtu-minggu. Oye! Mumpung suaminya lagi nggak ada. Beda sama istriku yg garang dan dominan di ranjang, Indah ternyata begitu lembut dan empuk, tp sangat sempit dan mencengkeram. Jos lah pokoknya. Yah maklum, orang kota gitu lho.
Setelah puas, senin pagi, aku pun kembali ke basecamp dgn hati gembira.
“Gimana, puas? Kena bayar berapa?” tanya Mas Rahman di pintu masuk.
“Puas banget, Mas. Sy kena 600 ribu.” sahutku.
“Hah! Cuma 600 ribu? Untuk bensinnya aja bisa abis segitu? Kok bisa dapet murah, rayuan kamu pasti maut!” kata Mas Rahman.
“Bensin? Bensin apaan mas? Kan cuma modal dengkul aja, ama atasnya dikit, heheehehehe… Ya kalo rayuan sih maut. Awalnya, dia nolak-nolak gitu deh, pura-pura jaim, tp setelah aku paksa-paksa, akhirnya mantap juga. Aku gasak terus dia 2 hari ini.”
”Gasak? Maksudnya?” tanya Mas Rahman tak mengerti.
“Lho, bukannya Mas yg nyuruh? Bukannya Mas Rahman juga sering?” tanyaku baling, mulai bingung juga.
“Hah?!! Gila kamu!! Mbak Indah kamu entotin?” teriak Mas Rahman tak percaya.
Aku mengangguk sambil tersenyum,
”Emang salah ya mas?” tanyaku ragu.
“Gila kamu. Aku tuh bilang, kamu datangi dia buat booking mobilnya. Bukankah di kampung ini hanya dia yg punya mobil. Nah, dgn mobil itu, kamu bisa pulang ke rumah sepanjang week-end, bermesraan sama istri kamu, gitu. Bukannya Mbak Indah-nya yg kamu gasak! Dasar goblok!” jelas Mas Rahman.
“Oh, jadi begitu, hehehehehehe… Walah! Pantesan kemarin Mbak Indah awal-awal berontak terus, ternyata amatiran toh, bukan profesional. Gimana nih? Abis dulu Mas instruksinya nggak jelas sih.” kilahku.
“Eh, kok aku yg disalahin?” Mas Rahman pun ngacir.
Nasi udah menjadi bubur. Tp tak apa, buburnya sangat enak sekali, aku suka dan tak menyesal telah memakannya. Bahkan minggu depan aku berniat untuk menggunakan ‘jasa’ Indah lagi.