Wanda adalah seorang perempuan yg bertubuh mungil, tp meskipun begitu ukuran tubuhnya tersebut tak mampu menutupi daya tarik seksualnya. Sosoknya terlihat tepat dlm ukurannya sendiri. Dia mempunyai rambut hitam pekat panjang sebahu. Dia memiliki energi dan keuletan yg sepengetahuanku tak dimiliki oleh orang lain. Sebuah keindahan nan elok kalau ingin mendiskripsikannya. Dia selalu sibuk, selalu terlihat seakan dikejar waktu tp tetap selalu terlihat manis. Dia masuk dlm kehidupan keluarga kami sejak 2 tahun lalu, tp dgn cepat sudah terlihat sebagai anggota keluarga kami sekian lamanya.

Mereka berdua sering berkunjung kerumah, membawa serta bayi mereka. Mereka telah mengontrak rumah sendiri, meskipun tak terlalu besar. Aku pikir mereka merasa kalau aku membutuhkan seorang teman, karena aku seorang laki-laki tua yg akan merasa kesepian jika mereka tak sering berkunjung.- Disamping itu, aku memang sendirian di rumah tuaku yg besar, dan aku yakin mereka suka bila berada disini, dibandingkan rumah kontrakannya yg sempit.
Ibunya Sigit telah meninggal karena tumor sebelum Wanda masuk dlm kehidupan kami. Sebenarnya, tanpa mereka, aku benar-benar akan jadi orang tua yg kesepian. Aku masih sangat merindukan isteriku, dan bila aku terlalu meratp itu, aku pikir, kesepian itu akan melandaku. Tp pekerjaanku di perkebunan serta kunjungan mereka, telah menyibukkanku. Terlalu sibuk utk sekedar patah hati, dan terlalu sibuk utk mencari perempuan utk mengisi sisa hidupku lagi. Aku tak terlalu memusingkan kerinduanku pada sosok perempuan. Tak terlalu. Bayi mereka lahir, dan menjadi penerus keturunan keluarga kami. Kami semua sangat menyayginya. Dan kehidupan terus berjalan, Sigit melanjutkan pendidikannya utk gelar MBA, dan Wanda bekerja sebagai Teller di sebuah Bank swasta.
Kunjungan mereka padaku tak berubah sedikitpun, cuma bedanya sekarang mereka sering membawa beberapa bingkisan juga. Tentu saja, diasamping itu juga perlengkapan bayi, beberapa popok, mainan dan makanan bayi.
Beberapa bulan lalu Wanda dan bayi mereka datang saat Sigit masih di kelasnya. Dia duduk disana menggendong bayinya di lengannya. Dia sedang berusaha utk menidurkan bayinya. Aku tak tahu caranya, tp pemandangan itu entah bagaimana telah menggelitik kehidupan seksualku.
“Ngomong-omong… kapan Ayah akan segera menikah lagi?” Wanda bertanya dgn getaran pada suaranya.
“Aku belum tahu. Aku belum terlalu membutuhkan kehadiran seorang wanita dlm hidupku. Lagipula, aku telah memiliki kalian yg selalu menemaniku.”
“Aku tdk bicara soal teman. Aku sedang bicara soal sex.” matanya mengedip kearahku saat dia bicara.
“Apa?” -cerita hot-
“Ayah tahu, sex.” dia hampir saja tertawa sekarang.
“Ketika seorang pria dan wanita sudah bugil dan memainkan bagiannya masin-masing?”
“Ya, aku tahu sex,” aku membela diri.
“Lagipula kamu pikir darimana suamimu Sigit berasal?”
“Yah, aku hanya khawatir kalau Ayah sudah melupakannya. Maksudku, apa Ayah tak merindukan hal itu?”
“Makasih atas perhatianmu, tp aku sudah terlalu tua utk hal seperti itu.”
“Hei! laki-laki tak pernah bosan dgn hal itu. Setdknya begitulah dgn putramu.”
“Anakku jauh lebih muda dariku, dan dia sangat beruntung sekali mempunyai seorang istri yg cantik.”
“Makasih Yah, tp aku masih tetap menganggap Ayah membutuhkannya,” dia menekankan suaranya pada kata ‘Ayah’.
“Terima kasih sudah ngobrol,” kataku, masih terdengar sengit.-cerita sex mertua- Ada sedikit jeda pada perbincangan itu, saat dia masih menekan kehidupan seksualku. Aku pikir bukanlah urusannya utk mencampuri hal itu meskipun kadang aku membayangkannya juga. Dia pandang bayinya, yg akhirnya tertidur, dan memberinya sebuah senyuman rahasia, sepertinya mereka berdua akan berbagi sebuah rahasia besar.

“Kalau Ayah mau… aku tak akan menolak.”
“Apaaaaa!!!?”
“Aku serius Yah.” Wanda menatapku.
“Kalau Ayah menginginkan aku… Ayah adalah seorang laki-laki yg tampan dan perkasa. Ayah membutuhkan sex. Disamping itu, aku bersedia, kan?”
Aku pikir Wanda sedang bercanda. Tp perempuan yg menggoda ini tdk sedang main-main. Tp tetap saja tak mungkin aku melakukannya dgn istri dari anak kandungku sendiri.
“Makasih atas tawarannya, tp kupikir aku akan menolak tawaranmu.” suaraku terdengar penuh dgn keraguan saat mengucapkannya.
Wanda mencibirkan bibir bawahnya, aku tak bisa menduga apa yg sedang dirasakannya. Dia tetap terlihat menawan, dan aku merasa Sigit sangat beruntung.
Dia bicara dgn halus.
“Dengar, Sigit tak akan pernah tahu. Maksudku, aku tak akan mengatakannya kalau Ayah juga menjaga rahasia ini. Dan bukan berarti aku menawarkan diriku pada setiap laki-laki yg kutemui. Aku bukan perempuan seperti itu dan aku bisa mengatur agar sering berkunjung kemari. Dan aku tahu Ayah menganggapku cukup menarik kan, sebab aku sering melihat Ayah memandangi pantatku.”
Aku tak mungkin menygkalnya. Wanda mungkin tak terlalu tinggi, tp dia memiliki bongkahan pantat yg sangat indah.
“Ya, kamu memang memiliki bentuk pantat yg indah. Tp itu bukan berarti kalau aku ingin berselingkuh dgn menantuku sendiri.” -cerita selingkuh-
Dia diam sejenak, tp Wanda kelihatannya tak akan menyerah begitu saja.
“Yah, tp jangan lupa. “Kalau Ayah mau… aku tak akan menolak.”
Dan itulah awal dari cerita sex terbaru ini. Seiring minggu yg berlalu, entah di sengaja atau tdk, dia seakan selalu berusaha utk menggodaku, membuat puting sususnya menyentuh dadaku saat dia menyerahkan bayinya padaku utk ku gendong. Atau dia masukkan jarinya di mulutnya saat Sigit tak melihat, dan menghisapnya dgn pandangan penuh kenikmatan ke arahku.Suatu waktu dia duduk di lantai dgn kaki menyilang dan sedang bermain dgn bayinya, dia memandangku tepat di mata, tersenyum, dan menyentuh pangkal paha di balik celana jeansnya. Aku tak akan melupakan hal itu. Dan dia entah bagaimana selalu menemukan cara utk berduaan dgnku walaupun sesaat, dan dia memberiku ciuman singkat yg penuh gairah, tepat di bibir. Itu semua dilakukannya berulang-ulang.
“Kalau Ayah mau… aku tak akan menolak,” dia berbisik di belakang Sigit saat suaminya itu sedang memasukkan DVD pada player.
“Kalau Ayah mau… aku tak akan menolak,” dia berbisik saat mendekat utk menyodorkan minuman padaku.
“Kalau Ayah mau… aku tak akan menolak,” dia membisikkannya setiap kali dia berpamitan.
Dan sekarang, aku bukanlah terbuat dari batu, dan aku tak akan bilang tingkah lakunya itu tdk memberikan pengaruh terhadapku. Wanda sangat manis dan mungil, dan meskipun setelah melahirkan bayi pertamanya tak membuat tubuhnya berubah seperti kebanyakan wanita. Dia tetap langsing, dan manis, dan dia menawarkan dirinya utk kumiliki. Tp aku tak akan memulai langkah pertama utk tidur dgn menantuku sendiri, tak perduli semudah apapun itu. Setdknya itulah yg tetap kukatakan pada diriku sendiri. Beberapa minggu yg lalu kami semua berkumpul di rumahku utk melihat pertandingan bola. Aku mengambil beberapa kaleng minuman dan sedang berada di dapur utk menyiapkan beberapa makanan ringan saat Wanda muncul dari balik pintu itu.
“Hai!” sapanya, membuka pintu dan masuk ke dapur. “Ayah sudah siap utk pertandingan nanti?”
“Hampir. Aku sedang membuat makanan utk kita, dan aku punya beberapa wortel utk cucuku. Aku pikir dia akan suka dan warnanya sama dgn tim kesebelasan yg akan bertanding nanti, kan?
Wanda tertawa dan berkata.
“Aku rasa dia tak akan perduli. Disamping itu bukankah ada hal lain yg lebih baik yg bisa Ayah kerjakan untukku?”
“Jangan menggodaku. Aku seorang kakek dan aku akan lakukan apa yg menurutku akan disukai oleh cucuku.” aku memandangnya.
Wanda berdiri di sana memakai bandana merah kesukaannya diatas rambutnya yg sebahu. Dia memakai kaos yg sedikit ketat yg bahkan tak sampai ke pinggangnya, dan pusarnya mengedip padaku dibalik kaosnya. Kancing jeansnya membuatnya kelihatan seperti anak-anak diera bunga tahun 60an, dan dia memakai sandal dgn bagian bawah yg tebal yg menjadikannya lebih tinggi 10 centi. Kuku kakinya dicat merah senada dgn lipstiknya, dan itu menjadi terlihat dgn sangat menarik dibalik denimnya. Dan dia selalu suka mengenakan perhiasan.

“Mana anggota keluargamu yg lainnya?” aku bertanya ingin tahu. -istri penggoda-
“Mereka akan segera datang. Sigit pergi ke toko perkakas utk membeli peralatan mesin cuci yg rusak. Dia ingin membawa serta anaknya. Perjalanan ke toko perkakas yg pertama bersama Ayah kurasa yg dikatakannya padaku.” dia tersenyum.
“Apa Ayah mempermasalahkan saat pertama kalinya mengajak Sigit ke toko perkakas?”
“Aku tak ingat,” aku berkata dgn garing. -cerita mesum menantu-
Wanda mendekat padaku, dan menaruh tangannya melingkari leherku.
“Ini kesempatan Ayah. Kalau Ayah mau… aku tak akan menolak.”
Wanda memandangku tepat di mata dan mengangkat tubuhnya dan menciumku lama dan liar. Aku ingin mendorongnya, tp aku tak tahu dimana aku harus menaruh tanganku. Aku tak mau menyentuh pinggang telanjang itu, dan jika aku menaruh tanganku di dadanya aku pasti akan menyentuh puting susunya. Saat aku masih terkejut dan bingung, aku temukan diriku menikmati ciumannya. Ini sudah terlalu lama, dan aku merasa telah lupa akan rasa lapar yg mulai tumbuh dlm diriku.
Akhirnya aku menghentikan ciuman itu dan mundur dan melepaskan tangannya dari leherku. “Kita tak bisa melakukannya.” aku mencoba menyampaikannya dgn lembut, tp aku takut itu kedengaran seperti rajukan.
“Ya kita bisa.” Wanda kembali menaruh lengannya di leherku dan mendorong bibirku ke arahnya.
Ada gairah yg lebih lagi dlm ciuman kali ini, dan akhirnya penerimaanku. Kali ini saat kami berhenti, ada sedikit kekurangan udara diantara kami berdua, dan aku semakin merasa sedikit bimbang.
Wanda memandangku dgn binar di matanya dan sebuah senyuman di bibirnya.
“Ayah sangat menginginkanku. Aku bisa merasakannya. Ayah tak mendapatkan perempuan setahun belakangan ini, dan Ayah tak mempunyai tempat utk melampiaskannya. Dan aku menginginkan Ayah. Jadi tunggu apa lagi…”
Pada sisi ini aku tak mampu berkomentar. Aku menginginkannya. Tp aku tak dapat meniduri menantuku, bisakah aku? Tp aku menginginkan dia. Aku merasa pertahananku melemah, dan saat Wanda menciumku lagi, aku jadi sedikit terkejut saat menyadari diriku membalas ciumannya dgn rakus.

Wanda menarik tangannya dari leherku dan mulai melepaskan kancing celanaku saat menciumku kembali lalu dia mundur. Jadi dia bisa melihat saat dia melepaskan kancing jeansku, menurunkan resletingnya, dan merogoh ke dlm utk mengeluarkan barangku. Aku terkejut saat terlihat jadi tampak lebih besar di genggaman tangannya yg kecil. Setahun sudah tak disentuh oleh wanita , dan bereaksi dgn cepat, menjadi keras dan cairan pre-cumnya keluar saat dia mengocoknya dgn lembut.
Wanda mundur dan duduk. Saat kepalanya turun, dia menempatkan bibirnya di pangkal k0ntolku yg basah.
“Aku rasa aku menyukai bentuknya,” bisiknya sambil menatap mataku.
Lalu kemudian dia membuka mulutnya dan dgn perlahan memasukkan k0ntolku ke dlm mulutnya. Ke dlm dan lebih dlm lagi k0ntolku masuk dlm mulutnya yg lembut, hangat dan basah, dan aku merasa berada di dlm memek yg basah dan kenyal saat lidahnya menari di k0ntolku. Akhirnya aku merasa telah berada sedlm yg ku mampu, bibirnya menyentuh rambut kemaluanku dan kepala k0ntolku berada entah di mana jauh di tenggorokannya. K0ntolku tanpa terasa mengejang, dan pinggangku bergerak berlawanan arah denganya, dan bersiap utk menyetubuhi wajahnya.
Tp Wanda perlahan menjauhkan mulutnya dariku, menimbulkan suara seperti sedang mengemut permen. Saat dia bangkit utk menciumku lagi, aku mengarahkan tanganku diantara pahanya. Aku gosok jeansnya dan dia menggeliat karenanya.
“Mmmm, itu pasti nikmat,” katanya.
“Tp biar aku membuatnya jadi lebih mudah.”
Wanda melepaskan kancing celananya dan menurunkan resletingnya, memperlihatkan celana dlm katunnya yg bergambar beruang kecil. Diturunkannya celananya dan melepaskannya dari tubuhnya. Kami melihat ke bawah pada area gelap dibawah sana dimana kewanitaannya bersembunyi, dan kemudian aku sentuh perutnya yg kencang dan terus menurunkan CDnya.
Wanda mengerang dlm kenikmatan saat tanganku mencapai sasarannya dibalik celana dalamnya. Memeknya serasa selembut pantat bayi, dan aku sadar kalau dia pasti telah mencukurnya sebelum kemari. Terasa basah dan licin oleh cairan kewanitaannya dan membuatku kagum karena itu tak menimbulkan bekas basah di luar jeansnya. Saat tanganku menyelinap dibalik bibir memeknya dan menyentuh klitorisnya yg mengeras, dia memejamkan matanya dan menekan berlawanan arah dgn jariku.
Wanda menaruh salah satu tangannya di leherku dan mendorong kami utk sebuah ciuman intensif berikutnya sedangkan tangannya yg lain mengocok k0ntolku dan tanganku terus bergerak dlm lubang basahnya. Saat kami berhenti utk bernafas, Wanda mundur dan mengatakan sesuatu yg mengejutkan, “Sigit datang.”
Aku segera melepasnya dan menuju jendela. Ya, mobil Sigit terlihat di jalan sedang menuju kemari. Wanda pasti melihatnya dari balik bahuku saat kami saling mencumbui leher. Tiba-tiba perasaan bersalah datang menerkam karena hampir saja ketahuan. Aku tak percaya apa yg hampir saja kami lakukan. Dgn tergesa-gesa aku kenakan kemabali celanaku, tp Wanda menghentikanku dan menangkap tanganku dan melanjutkan kocokannya.
“Hei, tdk boleh. Tak semudah itu Ayah boleh mengakhirinya. Aku telah menunggu terlalu lama utk ini.”
“Tp Sigit hampir datang! Dia akan melihat kita!”
Wanda mengeluarkan k0ntolku dan berjalan ke arah meja dapur. “Ini perjanjiannya,” katanya. “Aku tak akan mengadu pada Sigit tentang apa yg baru saja kita lakukan kalau Ayah dapat dapat mengeluarkan seluruh sperma Ayah dlm memekku sebelum dia sampai kemari.” Sambil berkata begitu, dia menurunkan celananya hingga lutut dan membungkuk di meja itu.
“Dia segera datang!” hampir saja aku teriak.
“Tdk.” Wanda membentangkan kakinya sejauh celananya memungkinkan utk itu dan dia memandangku lewat bahunya.
“Dia harus menggendong bayi dan mengeluarkan semua barangnya. Biasanya dia memerlukan beberapa menit. Sekarang kemarilah dan setubuhi aku.”
Wanda telah telanjang dari pinggang hingga kaki, dan dia memohon padaku agar segera memasukkan diriku dlm tubuhnya. Aku menatap dua lubang yg mengundang itu. Pantatnya begitu kencang dan aku tak terusik saat melihat lubang anusnya yg berkerut kemerahan, dan di bawahnya, bibir memeknya yg merah, terlihat mengkilap basah. Kakinya tak sejenjang model, tp lebih kecil dan terasa pas, dan aku membayangkan bercinta denganya beberapa jam.
Tangannya bergerak kebelakang diantara pahanya dan menempatkan tangannya pada memeknya. Dgn dua jarinya dilebarkannya bibir memeknya hingga terbuka, dan aku dapat melihat lubang merah mudanya mengundang k0ntolku agar segera masuk.
“Ayo,” katanya. -Kisah Sex-
“Ambil aku.”
Aku tak tahu apa dia sedang bercanda saat mengatakannya. Sigit atau bukan, rangsangan ini lebih dari cukup utk mereguk birahinya. Aku melangkah ke belakang menantuku dan menempatkan k0ntolku di kewanitaannya. Saat aku mendorong k0ntolku melewati lubang surganya yg sempit, aku dapat merasakan jari Wanda menahan bibir madunya agar tetap terbuka, dan dia melenguh saat aku memegang pinggangnya dan memasukkan diriku padanya.
Wanda telah sangat basah hingga aku dgn mudah melewati memek mudanya yg sempit. Aku mulai mengayunkan barangku di dalamnya, sebagian didorong oleh nafsu akan tubuh menggairahkannya dan sebagian oleh rasa takut jika Sigit memergoki kami. Wanda mengerang, dan aku dapat merasakan jarinya menggosok kelentit dan bibir memeknya sendiri. Nafasnya mulai tersengal, dan setelah beberapa goyangan dariku, dia segera orgasme. Suara rengekan pelan keluar dari bibirnya saat dia mencengkeram pinggiran meja dgn kuat, dan letupan orgasmenya menggoncang kami berdua saat aku menghentaknya.
Itu cukup utk menghantarku. Aku tak berhubungan dgn wanita dlm setahun ini, dan aku belum pernah mendapatkan yg sepanas Wanda. Aku menahan nafas dan mendorong seluruh kelaki-lakianku ke dlm dirinya. Kami mematung, dan kemudian spermaku menyemprot dgn hebat jauh di dlm surganya. Serasa aku telah mengguyurnya dgn sperma yg panas dan berlebih. Dia mengerang dlm nikmat, menggetarkan pantatnya di seputar k0ntolku saat aku mengosongkan persediaan benihku. Dia melemah seiring dgn habisnya spermaku, dan kami akhirnya berhenti bergerak, kecuali utk mengambil nafas.
Takut Sigit akan datang sebelum kami sempat melepaskan diri, aku keluarkan diriku dari tubuhnya dgn bunyi plop yg basah, lalu mundur menjauh dan mengenakan celanaku. Wanda masih tetap berbaring tertelungkup di atas meja merasakan kehangatan campuran cairan birahi kami, pantat telanjangnya masih tetap memanggilku. Aku lihat spermaku dan cairannya mulai meleleh keluar dari bibir surganya. Aku palingkan muka dan melihat Sigit hampir sampai di pintu belakang, bayi di tangan yg satu dan belanjaan di tangan lainnya.
Aku berbalik dan memohon pada Wanda. ” Ayolah!” kataku.
“Kamu telah dapatkan keinginanmu. Dia hampir sampai kemari.”
Wanda bangkit, tatapan matanya masih kelihatan linglung. Dia bergerak ke depanku, menjadikanku sebagai penghalang dari pandangan suaminya saat dia dgn tergesa-gesa memakai celananya.
“Apa kalian sudah siap utk pertandingannya?” tanya Sigit sambil membuka pintu.
“Ya,” aku menjawab dari balik punggungku saat aku diam utk menghalangi Wanda yg menaikkan resletingnya.
Setelah dia selesai, aku segera berbalik utk menyambut Sigit.
“Ini,” katanya, menyodorkan bayinya padaku dan meletakkan belanjaannya diatas meja dapur.
“Urus ini, aku akan mengambil popok bayi.” Sigit melangkah ke pintu yg masih terbuka, dan aku menghampiri Wanda.
Dia masih terlihat sedikit linglung.
“Hampir saja,” kataku.
“Sini, biar aku yg menggendongnya.”
Aku berikan bayinya. Wanda memberiku pemandangan seraut wajah dari seorang wanita yg puas sehabis bersetubuh, dan memberiku ciuman hangat yg basah.
“Masih ada satu hal lagi yg harus kuketahui,”katanya.
“Apa itu?”
“Kalau aku ingin, bisakah aku mendapatkannya besok?”
Dan dia melenggang begitu saja tanpa menunggu jawabanku yg hanya melongo bengong. Dia yakin kalau akan bersedia