Tragedi Asmara Denpasar

Itubandar.Com-Cerita Skandal 2017

Kapan mau mampir ke Jember… ???”, Tanya pamanku didlm telepon.
“Belum tahu, Mungkin besok atau lusa aku akan kembali ke Bali…” Jawabku dgn nada yg agak kesal.
“Yawdah, Yg penting jangan lupa mampir ke Jember dulu ya !!!”, Pintanya kepadaku.
“Lihat nanti sajalah…”, Jawabku sekenanya.
Aku matikan hp ku. Sdh ke-3 kalinya dia menelpon sejak Hari Lebaran.-cerita dewasa terbaru- Apa haknya ingin menjodohkanku ?. Aku bukanlah anak ayam yg dia temukan di pinggir jalan dan dgn gampangnya mengurungku dgn ayam betina begitu saja. Yg benar saja.
Aku memang tahu wanita itu. Bening seperti kaca, Putih seperti kapur tulis. Tp Aku masih tuli saat ini. Tak bisa mendengar perkataan orang-orang. Hanya dentuman keras Musik Night Club sajalah yg terdengar sampai di daun telingaku.
Belum hilang rasa kesalku, Handpone ku berdering-dering lagi tak kunjung diam.
“Ahhh… Apa sih maunya nih orang ?”, Gumamku dlm hati. Aku benar-benar benci manusia yg satu ini. Kalau saja kita bukan dari gen yg sama, mungkin sdh kucocok hidungnya biar tak meraung-raung sembarangan .
Dgn enggan kulihat lagi layar ponsel. Baguslah, bagus. Nama Usro yg tertera pada layar ponsel kali ini. Entahlah mau apa dia Menelponku pagi-pagi begini.
“Hallo Man, Tumben nih pagi-pagi gini dan nelpon… ???”, Tanyaku kepadanya.
“Anu Man,… Kapan kamu mau balik ke Bali ??? ”, Dia balik tanya kepadaku.
“Belum tahu man, Mungkin hari Sabtu..”, Jawabku singkat.
“Aku pengen balik besok man, Gimana kalo kita barengan ke Bali besok ???”, Tanpa basa-basi dia meminta kepadaku.
“Oke..” Jawabku Singkat tanpa berpikir. Mungkin inilah hasil dari kekesalanku kepada manusia itu.
“Oke, Kita bertemu besok di Bungurasih antara Jam 12 – Jam 1 Siang…” Lanjutnya.
“Oke..” Jawabku lagi tanpa pikir panjang.
Aku tdk tahu kenapa si Usro begitu terburu-buru kembali ke Bali, mengingat dia tdk mempunyai pekerjaan yg mengikat disana, dia disana adalah seorang anak pantai yg kadang-kadang mengajari surfing dan freelancer guide, sedangkan aku sendiri memang harus masuk hari senin, aku bekerja disalah satu perusahaan IT di Denpasar.
Hari Jum’at sekitar H+4 atau mungkin H+5 pasca lebaran, aku tak ingat benar, Kita bertemu di terminal Bungurasih Surabaya dan bis pun berangkat sekitar jam 2 dari Surabaya.
“Kamu kok terburu-buru amat kembali ke Bali, kamu kan bisa berlama-lama madura dan bisa kembali sama teman-teman yg lain” ucapku di dlm bis yg baru saja berangkat.
“Beberapa hari terakhir setelah aku pulang ke Madura. RS (Inisial Asli) menelponku berkali-kali, kapan kembali ke Bali ? sepi tdk ada aku disana katanya” Ujar usro yg tampaknya ada sedikit yg mengganjal di hatinya,
“Ada yg aneh dgn telpon dini hari tadi. MS (Inisial Asli) menelponku dgn nada tergopoh-gopoh, seperti seorang dikejar setan aja,… aku khawatir terjadi sesuatu disana” Lanjutnya lagi masih dgn rasa khawatirnya.
Aku sendiri tdk begitu kenal dgn RS. Hanya saja pernah bertemu sekali dgn RS pada hari H-4 sebelum lebaran  waktu membicarakan rencana mudik ke Madura dgn teman-teman yg lain. Pada akhirnya aku pulang naik motor matic dgn Ari. Usro dan teman-teman yg lain pulang naik mobil bersama. aku hanya melontarkan satu kalimat saja waktu itu pada RS “O Namae Wa”, karena memang cuman itu saja yg aku tahu. Aku hanya bisa “Bahasa Inggris salah paham (Salah-salah tp masih bisa dipahami)” saja sedikit.
Sabtu pukul 02.00 WITA kita tiba di Bali. Tanpa banyak basa-basi kita pun langsung tidur di kos-kosan Usro di daerah Kuta, Aku sendiri ngekos di Denpasar Selatan tepatnya di Jalan Raya Sesetan. Tp aku lebih betah di Kuta kalau hari libur kerja. Dan Memang aku sengaja taruh motorku di kos-kosan Usro walaupun penghuni kosannya pulang tp semuanya aman-aman saja.
Memang Bali Jauh lebih aman daripada Jawa. Keesokan harinya kita bangun siang, kalau saja perut tdk unjuk rasa mungkin kita akan terbangun sore hari. Setelah mandi Usro pun mengajak makan di salah satu warung yg tdk jauh dari tempat kos, belum beberapa menit kita duduk diwarung itu tiba-tiba ada seorang wanita bermata sipit dgn ditemani seorang laki-laki asli Bali menyapa Usro dgn raut wajah cemas seperti mau menitikkan air mata, aku tdk mengerti pembicaraan wanita itu dgn bahasa Jepangnya yg diiringi nada tergopoh-gopoh,
“Ro, Wanita ini siapa ? dan Laki-laki itu Siapa ?”, Tanyaku memotong pembicaraan. Tentu saja aku menggunakan bahasa madura supaya Pria Bali itu tdk mengerti.
“Ini MS temannya RS, kalau Pria itu aku tdk kenal, dia bukan Anak pantai, tp aku sering melihatnya nongkrong di Jalan Legian” Jawab Usro singkat seraya melanjutkan percakapannya lagi dangan wanita itu dgn mimik yg mengisyaratkan ada sesuatu. Pantas saja aku tdk mengenalnya, meskipun aku kerja tetap di perusahaan IT, tp Sabtu Minggu aku jg Anak Pantai Wannabe, otomatis saja aku banyak mengenal Anak-anak pantai yg biasanya nongkrong dan minum bersama.
Aku seperti orang goblok menoleh kanan kiri tdk tahu apa yg terjadi, Aku memberanikan diri membuka pembicaraan dgn Pria Bali itu,
“Ini ada apa Bli kok sepertinya ada yg gawat ?” tanyaku penasaran,
“RS di culik” Jawabnya singkat,
“Hahhh ???, Kapan Bli ?” Tanyaku lagi dgn hentakan degupan jantungku tiba-tiba terpacu
“deg deg deg… deg deg deg”.
“Jum’at Dini hari, Bli” Jawabnya singkat dgn melanjutkan menceritakan kronologis kejadiannya, tp aku sendiri tdk terlalu konsentrasi mendenngarkan ceritanya, pikiranku sendiri melayg kemana-mana,
“Bagaimana kalau-kalau aku dan usro diminta menjadi saksi ?, Kalau-kalau aku salah jawab aku jg bisa jadi tersangka”, pikirku dlm hati.
Aku benar-benar takut karena seumur hidup aku belum berurusan dgn polisi mengenai kriminal seperti itu. Sebelum kita berpisah di warung itu kita sama-sama berpesan untuk saling kontak kalau ada informasi tentang RS. Ini sebuah kebetulan yg terlalu tdk masuk diakal untuk sebuah cerita, tp aku berani bersumpah kepada para pembaca sekalian aku tdk mengada-ada, aku anggap ini mungkin adalah jalan tuhan untuk memberitahukan kepada Usro bahwa RS sedang dlm Musibah.
Hari itu kita tdk pergi ke Pantai, kita habiskan hari itu di kos-kosan tanpa gairah, tdk banyak kita berbicara waktu itu, mungkin kita berada pada dunia pikiran kita masing-masing.
Minggu pagi kita pergi ke pantai seolah-olah tdk terjadi apa-apa, Meskipun belum terlalu banyak anak-anak pantai yg balik dari Jawa tp ada jg beberapa yg sdh balik dan jg sdh mendengar kabar penculikan RS. Siang sekitar pukul 14.00 usro meminjam motorku mau pulang ke kos-kosan dulu sebentar mau buang air besar katanya, sekitar pukul 15.00 ada beberapa orang bergerombol memakai jaket kulit hitam, aku sendiri sdh curiga kalau-kalau itu adalah intel polisi, tp aku diam saja duduk-duduk di dekat pohon kelapa acuh tak acuh, tiba-tiba para pria berjaket kulit hitam itu menyebar dan bertanya kepada anak-anak pantai tak jauh dari aku duduk,
“Ada yg bernama Usro disini?” Tanya salah satu pria berjaket kulit hitam yg paling dekat dgnku.
“Ada pak, biasanya dia ada di sini, gak tahu kok dari tadi saya gak melihatnya” jawab salah satu anak pantai yg nongkrong disana,
Sekitar satu menit dari percakapan itu aku berdiri, dan berjalan menuju arah utara, setelah sekiranya aman dan jauh dari para pria berjaket kulit itu, akupun langsung menelpon si usro dan kebetulan saja si usro dgn cepat menganggat HPnya,
“Ro, gak usah balik ke pantai !!!” perintahku
“Ada apa ?” Tanya si usro singkat
“Ada Intel mencarimu” jawabku jg dgn singkat,
“Ok” sahut usro jg dgn singkat, dan segera saja kututup HPku,
Tp benar-benar tak kusangka tdk sampai semenit aku menutup telpon, tiba-tiba ada orang yg memukul pundakku pelan dari belakang, spontan akupun sangat terkejut,
“Suruh Usro kesini !!!” kata salah satu pria berjaket kulit hitam itu sambil menggandengku dgn menaruh tangannya di pundakku seperti penjahat saja aku ini,
“Iya pak, ada apa pak ?” tanyaku sambil pura-pura tdk tahu,
“deg deg deg deg” bunyi jantungku kembali berdegup kencang,
“Sdh suruh kesini saja, tdk ada apa-apa, usro hanya akan dimintai keterangan saja atas penculikan RS” jawabnya mencoba meyakinkanku.
Spontan aku coba menelponnya lagi dgn perasaan yg masih tdk karuan itu, untung saja dia langsung mengangkat telponku,
“Ro, Kamu kesini !!!” perintahku padanya,
“Ada apa lagi ???” Tanyanya bingung, aku yg menyuruhnya jangan pergi kepantai sekarang malah menyuruhnya datang,
“Salah satu intel telah menggandengku tampaknya ia tahu aku dekat sama kamu” jawabku yg tdk bisa menyembunyikan kegugupanku,
“Ok Tunggu sebentar” jawabnya seraya dgn cepat menutup telponnya
Sekitar 5-10 menit saja akhirnya Usro muncul dari jalan raya, memang kos-kosan Usro dan teman-teman tdklah terlalu jauh dari pantai, Usro pun melangkah menghampiri kami,
“Usro ???” Tanya seorang intel yg ada di sebelahku,
“Iya pak” Jawab Usro dgn singkat,
“Mari kita langsung ke kantor polsek saja” ucapnya kepada Usro,
“Oiii Oiii, ini anaknya sdh datang” teriaknya sambil melambai-lambaikan tangannya kepada teman-temannya yg lain, aku tak ingat berapa jumlah intelnya dgn persis waktu itu dgn kondisi pikiranku yg masih belum terbiasa dgn kejadian seperti itu,
“Kamu ikut !!!” perintah intel tadi kepadaku,
“Loh buat apa pak ???” tanyaku yg semakin takut saja,
“Nanti biar pulangnya si Usro boncengan sama kamu” jawabnya menjelaskan kepadaku,
“Iya pak, mari” ucapku menyutujui ajakannya itu,
“Kamu boncengan sama saya, biar usro sama partnerku” kata salah satu intel kepadaku, akupun mengiyakan saja permintaannya itu, aku dibonceng salah satu intel tadi memakai motorku sedangkan Usro dibonceng intel lainnya dgn berboncengan tiga, si usro diapit di tengah-tengah dan sisanya menggunakan mobil polisi, sepanjang perjalanan akupun jg ditanya-tanya, apa profesiku, apa aku mengenal RS apa tdk, kapan aku terakhir melihatnya dll, kujawab saja dgn jujur sesuai dgn sepengetahuanku.
Setibanya dikantor polisi si Usro langsung di bawa ke dlm kantor sedangkan aku disuruhnya mengunggu didepan kantor tempat motor dan mobil di parkir, awalnya ada beberapa yg masih menemaniku diluar dan jg sempat ada intel yg baru saja datang bukan anggota rombongan tadi berkulit hitam legam menyeramkan.
“Hehhh, Kamu siapa ???” Tanyanya sedikit membentak,
“Anu pak, Anu… Saya mengantar Usro” Jawabku gugup kaget dgn bentakan itu,
“Dia cuman mengantar Usro, Saksi Kasus Penculikan RS” Jawab salah satu intel yg bersamaku, aku merasa terbantu sekali dgn jawabannya.
Akhirnya satu persatu mereka meninggalkanku kulihat jam sekitar jam 16.00 WITA waktu itu, entah berapa batang rokok yg kuhabiskan dlm sekejap dan tak henti-hentinya sambung-menyambung seperti asap kereta api, sekitar jam 16.30 aku lihat ada salah satu anak pantai yg masuk ke halaman parkiran dan langsung masuk menuju kantor polsek, aku tdk mengenalnya, dia tdk biasa nongkrong minum bersama kami hanya saja aku pernah melihatnya beberapa kali.
Jam sdh menunjukkan pukul 17.00, entah pertanyaan apa saja yg telah dilntarkan pada Usro hatiku masih bertanya-tanya dgn sebatang rokok ditangan yg tak ada matinya menemani kegelisahannku itu, ada seorang wanita cantik putih alami seperti ciri khas wanita yg hidup di dataran tinggi bukan putih dari hasil perawatan, berbody sintal padat berisi tp tdk gemuk,
yg aku kira sedikit lebih tua dariku keluar dari kantor polsek dgn wajah yg sepertinya tdk terlalu bahagia dgn semacam tas dompet yg di gendongnya di pinggang dan Trolly bag hitam tdk terlalu besar yg agak lusuh, dia memakai kaos merah ketat dan celana ketat dgn sandal kulit wanita model bertali tali tdk berhak tinggi, penampilannya seksi tp tdk terlalu terlihat glamour menurutku dan aku kira jg bukan dari kalangan menengah keatas, kulihat dia menuju kejalan raya mungkin saja dia mau mencari taksi, tp aku tdk terlalu menghiraukannya waktu itu.
Detik demi detik menit demi menit Usropun belum tampak ujung hidungnya, paikiranku masih sibuk dgn dunianya sendiri tentang bagaimana nasib si Usro didlm sana, kulihat wanita itu sesekali masuk ke halaman parkir dan sesekali keluar ke tepi jalan raya seperti seseorang menanti seseorang, tak terasa sunsetpun sdh menjemput malam, gelappun sdh mulai datang menghampiri, lampu-lampu sdh mulai memancarkan cahanyanya sementara wanita itu masih jg tetap saja mondar-mandir seolah-olah penantian itu menjadi sebuah kebingungan, akupun tak peduli aku masih sibuk dgn kegelisahannku sendiri, Akhirnya jam 19.00 Usro keluar dari kantor polisi menghampiriku yg aku kira interogasiya sdh selesai,
“Pi, Kamu pulang duluan saja” ucapnya dgn mencoba santai didepanku.
“Lohhh… bukannya sdh selesai ???” tanyaku kebingungan.
“Belum, ini jg aku belum di mintai keterangan, aku hanya dibiarkan duduk saja sendirian disana”, jawabnya yg membuatku semakin bingung, terus terang aku bingung dgn semua itu yg nantinya aku tahu bahwa itu salah satu cara polisi untuk intervensi psikolologis seorang tersangka.
“Ohhh iya, tadi aku lihat sepertinya ada anak pantai yg masuk kekantor polisi, apa ada kaitannya dgn kasus RS ???” tanyaku.
“Iya itu si Udin Pacarnya MS,… aku jg pertama kenal RS dari dia,… dia sedang di mintai keterangan, nanti aku pulang sama dia aja…” jawabnya sepotong-potong seperti orang bingung, perlu diketahui bagi para pembaca, bahwa Cinlok anak pantai ataupun Sex for fun dgn cewek bule ataupun cewek Jepang sdh biasa terjadi di Bali, meskipun aku tdk tahu pasti kenapa mereka mau dgn anak-anak pantai yg menurutku jauh lebih kere dari mereka.
“Ya sdh kalau begitu” Ucapanku mengakhiri percakapan kita.
“Ya sdh aku mau masuk dulu” lanjutnya seraya membalikkan badan melangkah menuju ke dlm kantor.
Kulihat wanita itu masih disana, masih dipinggir jalan raya dgn tas trolley nya, dua jam sdh sejak keluar dari kantor polisi, tp dia tetap saja belum beranjak dari sana. kuberanikan diri saja mendekatinya siapa tahu aku bisa membantu mengantarnya ke tempat orang yg dia tunggu pikirku dlm hati.
“Mbak” sapaku dari belakangnya,
“Ohh iya mas, ada apa ?” jawabnya yg tampak sedikit kaget dgn sapaanku.
“Saya lihat mbak keluar dari kantor polisi sejak jam 5 tadi, Apa mbak sedang menunggu seseorang ???” Tanyaku dgn sopan.
“Ohh Nggak mas,.. nggakk” jawabnya singkat dgn mencoba sok tenang, meskipun aku sendiri punya intuisi ada Sesuatu yg tdk beres.
“Atau ada yg bisa saya bantu” Lunjutku lagi dgn sebuah pertanyaan,
“Ohhh Nggak mas, saya ngak apa-apa kok” jawabnya lagi yg menurutku sedikit tdk nyambung.
“Ohhh ya sdh kalu begitu” Lanjutku seraya membalikkan badan hendak mengambil motorku dan terus pulang, sebenarnya ada sesuatu yg aneh waktu itu tp ya sdhlah aku sdh menawarkan bantuan toh dia gak mau pikirku.
Tak sampai lima langkah aku berjalan tiba-tiba dia memanggilku.
“Mas….” Ucapnya mencoba memanggilku.
“Iya mbak, ada apa ???” Tanyaku seraya membalikkan badan dan melangkah kembali kearahnya.
“Hmmm… Anu mas… Anuuu” Ucapnya terpatah-patah seperti ragu ingin mengutarakan sesuatu.
“Anu apa mbak ???” tanyaku lagi masih bingung dgn sikapnya.
“Ahhh… aku tdk enak mas yg mau ngomong…” jawabnya lirih seraya sedikit menundukkan kepalanya kebawah seakan-akan tak berani menatapku.
“Loh kok pake gak enak segala, memangnya mbak mau ngomong apa ???” Tanyaku yg masih bingung tak tahu arah pembicaraan itu.
“Anuu mas, hmmm,… Sayaa… Saya butuh uang mas” Jawabnya masih dgn nada lirih yg belum berani menatap mataku secara langsung.
“Terus maksud mbak ???, Mbak mau minjam uang begitu ??? ” Tanyaku yg masih belum jg tahu kemana arah pembicaraan itu.
“Nggak Mas, Anuu mas… anuuu.. ” Jawabnya terpotong tak berlanjut dgn nada ragu atau malu tdk berani menatapku secara langsung,
“Ya… ?”, tanyaku bingung. 30 detik aku menanti sdh sejak putusnya kalimat itu.
“Aku… Aku ingin menjual tubuhku… ” Jawabnya gugup. Terlihat dari bibir merahnya yg bergetar.
Terus terang aku sedikit kaget, tp kekagetan ku itu bukan karena ada seorang pelacur yg coba menjual tubuhnya kepadaku, melainkan kalau benar ia pelacur buat apa dia mangkal di depan kantor polsek dgn membawa trolley bag segala ???. Tampaknya ada sesuatu yg tdk beres dgn wanita ini, lagipula aku sdh banyak mengenal pelacur didaerah kuta baik yg sering mangkal-mangkal di dekat pantai ataupun di club-club Legian, aku sdh sering membawa kenalan pria bule atau arab kepada mereka yg tertarik dgn wanita indonesia dgn komisi 10%-30% dari nilai transaksi.
“Maaf nih mbak, maksudnya mbak mau… hmmm jual diri ???” Tanyaku terpatah-patah yg tak bisa mencari bahasa lebih halus lagi takut menyinggung perasaannya.
“Ohh.. Tuhan, Kenapa berakhir seperti ini…?” Lanjut ucapnya tanpa mengindahkan pertanyaanku. Matanya sedikit bergeming air mata menengadah menatap kejam ke atas langit seakan-akan mengutuk takdir.
“Terus terang ada sesuatu yg janggal dgn permintaan mbak” ucapku berusaha mengorek keterangan darinya.
“Maksud mas ???” tanyanya ikut bingung dgn perkataanku dan sdh mulai mencoba menatapku.
“Begini mbak, Pertama kalau memang benar mbak wanita malam buat apa mbak mangkal di depan polsek ?, Yg kedua aku yakin mbak bukan wanita malam dari daerah sini, karena sebagian besar aku kenal dgn mereka, kalau mbak bisa bercerita apa yg terjadi mungkin saya bisa membantu mbak…” Argumenku mencoba meyakinkannya.
“Saya kecopetan, uangku di tas hilang semuanya…” Jawabnya dgn wajah memelas.
“Trus kenapa mbak keluar dari kantor polisi ???” Tanyaku mencoba mengorek keterangan lebih jauh lagi.
“Anu mas… saya mencoba melaporkan kejadian ini, tp sepertinya mereka sibuk dgn kasus yg lebih besar lainnya, saya hanya mau di kasih surat free pass bebas ongkos kalau mau bersedia pulang ke kampung halaman…” Jawabnya masih dgn wajah memelasnya.
“Terus ???” Tanyaku lagi,
“Ya aku Nggak mau lah mas, itu aja uang dapat nabung sedikit demi sedikit dan hasil ngutang ke saudara dikampung sebagian…” Jawabnya masih dgn wajah memelasnya.
“Mbak kesini buat liburan atau ???” tanyaku yg terpotong olehnya.
“Saya mencoba mengadu nasib mas..” Jawabnya memotong pertanyaanku.
“Ya sdh begini saja mbak, kalau mbak punya sanak saudara atau teman disini biar saya antar saja..” ucapku mencoba membantunya, aku sendiri merasa kasihan bagaimanapun jg aku anak rantau merasa senasib dan seperjuangan denganya.
“Saya tdk punya kenalan ataupun saudara disini mas…” Jawabnya masih terpatah tp jelas dan lugas.
“Waduhhhh… Lengkap sdh penderitaan wanita ini…” gumamku dlm hati, aku jg bingung bagaimana cara menolongnya, aku berpikir sejenak setelah itu kutawarkan untuk menginap di kosanku dulu untuk sementara.
“Begini saja mbak, saya jg bingung bagaimana cara menolong mbak, tp kalau mbak mau, bagaimana kalau mbak nginep di kos-kosanku dulu…” ucapku menawarkan bantuan padanya, sejenak dia terdiam seperti berpikir.
“Aku hanya bisa Bantu itu saja mbak, kalau mbak mau mari… kalau tdk saya minta maaf tdk bisa membantu apa-apa…” lanjutku lagi memecahkan keheningannya.
“Ya sdhlah mas daripada saya tidur dijalan…” jawabnya seakan-akan telah pasrah menghadapi keadaan.
“Ya sdh, Saya coba telpon temanku dulu sebentar…” kataku seraya menelpon si Abdel temen kosku.
Abdel adalah anak dari sepupu emakku, dia kerja sebagai buruh kasar di perusahaan Ekspor ikan di daerah Benoa, tentu saja jarak kos kami ke tempat kerja abdel lumayan jauh. Aku sdh beberapa kali menyarankan untuk pidah kos ke daerah yg lebih dekat dgn tempat kerjanya itu tp dia menolaknya, Otomastis dia pergi kerja pagi-pagi sekali setelah subuh dan datang malam setelah aku pergi keluyuran sekitar jam 19.00 atau 20.00 WITA.
Meskipun satu kos hampir tdk ada percakapan antara kami berdua, karena hanya aku menjumpainya ketika dia sdh tertidur setelah aku pulang keluyuran antara jam 12 malam atau jam 1 dini hari, itu sdh jadi rutinitasku. Kadang-kadang jg dia jg tdk pulang ke kos-kosan selama beberapa hari dan akupun jg begitu, tp aku tahu dia sering membawa perempuan ke kos-kosan kalau kalau aku lagi tdk pulang. Tak berlangsung lama telponkupun diangkatnya.
“Halooo, del kamu ada di kos-kosan ???” Tanyaku singkat.
“Nggak, aku sedang diluar, ada apa ???” Jawabnya dgn memutar balikkan pertanyaan kepadaku.
“Aku lagi ada temen lagi liburan, dia mau nginep di kos-kosan, kalau bisa kamu tidur di teman-temanmu atau di saudara-saudara yg lain dulu, paling lama jg 3 hari” pintaku kepadanya sedikit berbohong,
sanak familiku bukan cuman si abdel saja tp banyak, ada yeng bekerja tukang cukur, Jual sate dan Buruh bersama si Abdel, jarak kontrakan dan kos-kosan saudara-saudara yg lain tdk terlalu jauh hanya terpaut antara 1 s/d 3 Km saja.
“Ok, aku ambil beberapa baju dulu buat kerja, telpon saja aku kalau temanmu sdh pulang” jawabnya tanpa keberatan sedikitpun,
aku sdh pernah beberapa kali membawa nginap teman laki-laki yg sedang liburan di kos-kosanku demikian jg si Abdel.
“Ok” Jawabku singkat seraya dia menutup HPnya duluan,
“Loh mas,… Mas Nggak ngekos sendirian toh ? Aku jadi ngerepotin mas…” tanyanya dgn nada sedikit merasa tdk enak kepadaku,
“Sdh Nggak apa-apa, kita punya banyak saudara disini, tanpa disuruhpun kadang-kadang dia tdk pulang selama beberapa hari” Jawabku mencoba melegakan hatinya,
“Ohhh, ya sdh kalau begitu mas…” ucapnya dgn merasa lebih tenang,
Kuambil motor dan segera kunyalakan, memang agak menyusahkan menaruh trolley bagnya dimotorku, akhirnya trolley bagnya aku taruh ditengah dipangku dgn pahanya, otomatis dia duduk agak kebelakang dan aku jg dapat dudukan jok sedikit, walaupun dgn posisi tdk nyaman kujalankan motorku dgn pelan hanya dgn kecepatan sekitar 40Km/Jam saja, hampir tdk ada percakapan antara kita selama perjalanan, setelah hampir sampai di kosanku kuajak dia makan dulu di warung jawa karena aku yakin dia jg belum makan dari tadi. Dia ikut-ikutan menu yg aku pilih yaitu Ikan Lele penyet, sambil menanti makanan dihidangkan kubuka lagi pertanyaan-pertanyaanku tentang darinya,
“Ngomong-ngomong mbak dari mana ???” tanyaku,
“Saya dari Blitar Mas,… Mas sendiri asli mana”, Jawabnya dangan balik bertanya kepadaku,
“Sdhlah gak usah terlalu sopan, aku yakin umur kita tdk terpaut jauh kataku,… aku dari Madura… Mbak nekat sekali, cari kerja sebatang kara tanpa sanak saudara disini” ucapku mencoba mengorek sedikit keterangan darinya,
“Yah habis mau gimana mas, sdh kebutuhan ekonomi… aku harus membiayai hidup ibu dan anakku serta biaya sekolah adikku yg paling bungsu… sedangkan dikampung tdk ada lapangan pekerjaan” katanya dgn nada sedikit memelas,
“Loh,… ayah dan Suami mbak kemana???” lanjutku lagi,
“kalau ayah sdh lama meninggal mas,.. kalau suami sdh bercerai mas…” lanjutnya masih dgn nada memelas,
“Bukan maksud ingin mencampuri urusan mbak, tp kalau boleh tahu kenapa mbak bercerai ???” tanyaku lagi lebih jauh tentang suaminya,
“Biasalah mas, standard… faktor ekonomi dan kekerasan rumah tangga” jawabnya lagi solah-olah pintu bahagia sdh lama tdk dia masuki yg akhirnya faktor ekonomi dan kekerasan rumah tangga menjadi sebuah pembenaran atas sebuah perceraian.
“Ohhh,… Terus selama ini mbak kerja dimana ???” lanjutku lagi,
“Kadang-kadang bantu ibu mas dirumah mijet, ibuku tukang pijat, tp ya tdk terlalu banyak pasiennya mas, namanya aja di kampung, tdk cukup buat menyambung hidup mas… kita sering diberi bantuan keuangan dari saudara ibu yg jadi TKW di Arab Saudi dan bantuan beras dari saudara bapak dan ibu yg jadi petani di kampung kalau lagi panen” jawabnya panjang lebar menjelaskan kondisi keluarganya itu,
Palayan warung itu datang menghampiri kami untuk mengantarkan makan maka kupersilahkan dia menyantap makan malam itu. Sepintas kulirik tampaknya dia sangat konsen sekali dgn makanannya sehingga tak ada obrolan yg keluar dari mulutnya akupun mencoba tdk mengganggunya sejenak, mungkin saja dia jg tdk makan siang tadi.
Setelah sekitar 5-10 menit kita terdiam sibuk dgn makanan kami, tiba-tiba dia memangil pelayan dan mencoba membayar makanan kita,
“Mas,… Ini semuanya berapa ???” Tanyanya kepada pelayan warung itu,
“Sdh biar saya saja mas” Sahutku sambil mengambil dompet mengambil uang pecahan uang 50 Ribu, aku sdh tahu harga dua porsi makanan dan minumannya tdk sampai 30 Ribu,
“Mbak ini gimana sih ???, Katanya dompetnya hilang tp kok malah coba-coba bayar makananku jg” kataku meminta penjelasan kepadanya,
“Ada mas sedikit, sebelum berangkat aku memang menaruh secukupnya di kantong celana buat ongkos dan inilah sisanya,…” Jawabnya sambil membeberkan sisa-sisa uangnya berupa 1 lembar pecahan 50 ribu, 2 lembar pecahan 10 ribu dan 4 lembar pecahan ribuan,
“Lah, terus uang yg hilang ditaruh dimana ???” Tanyaku lagi,
“Di tas dompet ini mas…” Jawabnya singkat,
“Loh kok yg hilang cuman uangnya saja, gimana ceritanya ??? kira-kira kecopetannya dimana ???” tanyaku lagi,
“Yah gak tahulah mas, awalnya aku pikir pakai dompet model begini malah lebih aman soalnya bisa aku gendong ditaruh didepanku,… kalau kecopetannya sih mungkin saja di bungurasih atau mungkin di atas kapal soalnya aku sempat ketiduran mas…” Jawabnya dgn wajah seperti ada sesuatu yg disesalkan.
Untung saja KTP nya jg tdk ikut hilang, dia sengaja mengantongi di saku celananya dari awal supaya tdk repot untuk pemeriksaan di Identitas di Gilimanuk. Dari itu aku tahu kalau dia lebih tua dariku 2 tahun.
“Ya sdhlah mbak, yg lalu biar berlalu, dipikirpun percuma tdk bisa membuat uang mbak kembali” ucapku mencoba menenangkan hatinya,
“Ayo kita pulang ke kos-kosan dulu, biar mbak bisa mandi dan istirahat” kataku seraya mengabil kembalian uang dari pelayan warung itu,
“Kok anehya, dari tadi kita berbicara panjang lebar tp belum saling mengenalkan nama masing-masing” ucapnya tampaknya sdh mulai akrab dgnku, seraya berdiri hendak keluar meninggalkan warung itu,
“Waduhhh iya aku lupa, Teman-teman memangilku Napi,… Nama Kamu ???” Ucapku seraya bertanya balik,
“Namaku Lastri, Mas”, Jawabnya,
“Loh kamu kok masih panggil Mas, Las” Tanyaku sambil menaiki motorku,
“Ahh gak tahu mas, aku lebih suka memanggil mas kepada seorang laki-laki daripada memanggil namanya langsung” jawabnya lagi,
“Ya sdhlah terserah kamu aja… yuk naik” jawabku seraya menghidupkan motor dan pulang ke kos-kosan,
Hanya beberapa menit saja akhirnya kita tiba di kos-kosanku yg memang hanya tinggal masuk gang-gang kecil saja dari warung itu. Kubuka kamar kosku dan kupersilahkan dia masuk dgn tata kamar agak berantakan ala kos-kosan berpenghuni pria, kamarku sekitar 3X4 Meter aku tdk tahu pasti dgn kamar mandi didlm,
“Ya beginilah Las, Maklum kos-kosan cowok”, Ucapku cengar-cengir,
“Ngakk apa-apa kok mas,… Omong-omong tadi pintunya kok gak di kunci mas ???” Tanyanya heran,
“Disini Jauh lebih aman daripada di Jawa Las, Jangankan kamar yg memang gak ada barang berharganya, Motor yg ditaruh diluarpun gak ada yg utak-atik” jawabku sambil menjelaskan perbedaan antara Sikon antara di Bali dan Jawa,
“Satu lagi mas, kalau laki-laki membawa masuk wanita emangnya nggak apa-apa ya mas, apa nggak ada grebekan gitu mas ???”, Tanya lagi dgn lugu,
“Tadi Lastri lihat beberapa pasangan, di kamar kos depan kan ??? Itu semua hanya sekedar pacaran dan tinggal satu kamar kos,… disini, asalkan lastri punya identitas yg jelas dan bukan teroris, semuanya akan aman-aman saja…” Jawabku dgn menjelaskan kondisi sosial disini,
“Waduhhh,… enak jg ya mas…” Ucapnya yg spontan terlontar dari mulutnya,
“Enak gimana ??? Lastri suka yaaaa ???…” Tanyaku dgn sedikit senyum menggoda,
“Ahhh Mas ini,… Maksud aku, enak mas disini tdk saling mencampuri urusan orang lain seperti yg biasa terjadi di Jawa” Jawabnya,
“Ya sdh Las, Kamu mandi dulu sana, aku mau keluar sebentar mau beli camilan dulu di Circle-K,… Aku mau beli Bir, Kamu mau nggak ???” tanyaku yg sebenarnya hanya basa-basi saja,
“Ya… Bolehlah mas”, jawabnya sedikit memikir, aku tdk tahu dia suka minum apa tdk tp yg pasti dia meng-iyakan saja waktu itu.
Kugeber motor bututku ke Circle-K terdekat, tak jauh dari Matahari Departement Store Denpasar Jalan Raya Sesetan, Kupilih-pilih snack dan 4 botol bir kecil, tdk berlama-lama lagi aku langsung pulang. Kumasuk kekamar kos, kulihat dia masih belum keluar dari kamar mandi, kutunggu saja dia sambil meminum sebotol bir yg aku beli tadi.
Tak lama kemudian yg di tunggu-tunggu akhirnya keluar jg dari kamar mandi, dia memakai kaos singlet biru polos dgn BH yg melekat di dadanya dan bawahan boxer tak terlalu ketat bermotifkan hello kitty berwarna kuning, kulit yg putih mulus, tubuhnya yg sintal tp tdk gemuk, Belahan payudara yg mencuat dan lumayan besar standart perempuan yg pernah punya anak, benar-benar pemandangan yg indah sekali, meskipun aku yakin pakaian yg dipakainya bukan dari brand yg ternama, tp aku mencoba menyembunyikan kekaguman itu,
“Ehhh,… Mas sdh datang… maaf mas aku harus berpakaian seperti ini, aku tdk terlalu banyak membawa baju sehari-hari mas, lagian gak enak mas kalo aku harus tidur pakai jeans” katanya kepadaku,
“Alaaah, santai aja kok… bali daerahnya panas, kamu pasti gerah kalau tidur dgn pakaian yg tertutup… ayo kita minum mumpung masih dingin” ajakku sambil meyakinkannya, kabukakan satu botol bir dan kusodorkan kepadanya, semerbak harum wangi surga dunia memenuhi kamar kosku, betapa indahnya kamar kos ini kalau ada seorang wanita didlmnya, pikirku dlm hati.
Kemudian duduk di depanku yg hanya beralaskan karpet hijau dan kasur diatasnya tanpa ranjang seraya pelan menegak botol minumannya,
“Ahhhhh… ternyata enak jg ya mas, rasanya nggak jauh dari Sprite ataupun Coca-cola” katanya seperti orang yg belum pernah minum bir saja,
“Ya memang enak dong, apalagi diminum dlm keadaan dingin seperti ini… memangnya kamu belum pernah minum yaa ???” tanyaku, aku suka Bir Bintang bukannya karena aku doyan mabuk ataupun kuat minum-minuman beralkohol, tp dlm keadaan “Bloody Cold” menurutku rasanya benar-benar mengalahkan Coca-cola dan Sprite.
“Belum pernah… Kira-kira mabuk nggak ya mas…” katanya penasaran,
“Kalau cuman 1-2 botol kecil, ya nggaklah Las… malahan enak menghangatkan badan” jawabku mencoba menenangkannya,
“Tp Nggak apa-apa jg sih mabuk sedikit-sedikit, sekalian mengobati pusing… hehehe” Ucapnya sedikit cengengesan,
“ini rokok !, Kalau kamu ingin merokok” ucapku seraya menyalakan rokokku,
“Aku cuma merokok yg itu aja mas… hehehe”, Ucapannya mulain nyeleneh, apa iya sdh mulai mabuk ???, tp aku rasa tdk, mungkin dia hanya mencoba lebih mengakrabkan diri saja kepadaku.
Kita terus ngobrol panjang lebar mengenai banyak hal, bagaimana lebih detilnya dia yg kecopetan, bagaimana kondisi keluarganya dikampung sampai pekerjaan apa yg ia cari, Tak terasa jam di HP menunjukkan hampir Pukul 12 Malam, kusuruh dia tidur untuk istirahat dari hari yg begitu melelahkan fisik dan mental, Akupun jg begitu. Awalnya ia tdk mau tidur di kasur karena merasa tdk enak sdh merepotkanku, tp aku bilang sama aja baik di kasur atau dikarpet, sama-sama dibawah, dan dia jg paling-paling menginap hanya beberapa hari saja.
Tak lama sejak kita membaringkan diri, kulihat dia sdh tertidur dgn nyenyak mungkin benar-benar capek, sesekali kulirik bongkahan paha putih mulusnya dan belahan dadanya yg mencuat, walaupun lampu kamar sdh kumatikan tp tetap saja kelihatan dari cahaya lampu luar yg menerobos masuk kedlm kamar yg semakin membuat gerah saja melihat pemandangan itu, tp akhirnya aku berhasil tertidur jg.
Pagi hari jam enam terasa kamar sdh sedikit ramai, bunyi benturan gelas dan sendok di iringi aroma kopi makin membuatku tak bisa menutup mata untuk lama lagi sehingga kuputuskan untuk bangun,
“Ehhh Mas sdh bangun… ini aku bikinkan kopi mas…” ucapnya dgn senyumnya yg manis menghiasi indahnya pagi itu, serasa aku sdh punya istri saja,
“Ngomong-ngomong, keberadaanku disini membuat mas tersiksa ya ???” tanyanya dgn sedikit genit, aku belum mengerti maksudnya, mungkin saja karena aku baru bangun tidur,
“Maksudnya ???” Tanyaku singkat,
“Itu mas… aku lihat dari tadi itunya berdiri terus… dipegang-pegang, diremas-remas sendiri… hihihi” ucapnya dgn tertawa sedikit centil,
“Ahhh… itu sdh biasa… ada atau tdk ada lawannya, kalau pagi yah memang begini Las… semua laki-laki normal kan memang begitu, teruma bujangan” kataku mencari alasan tentang kebiasaanku itu, aku mempunyai kebiasaan seperti itu dipagi hari yg di alam bawah sadar ku yg tdk bisa aku kontrol.
Tak lama kemudian aku mandi dan mencari sarapan pagi yg dibungkus diwarung di pinggir jalan raya, kita pun sarapan Nasi Pecel bersama, setelah Jam menunjukkan Pukul 7 dan puas menikmati kopi yg lebih nikmat dari biasanya, mungkin kerena disuguhi paha yg mulus dan Payudara yg mencuat dari sangkarnya, kuputuskan untuk berangkat kerja dulu,
“Aku berangkat kerja dulu, kamu boleh jalan-jalan atau mencari informasi lowongan pekerjaan, tp ingat, jangan sampai kesasar… ini kamu pegang dulu buat nanti makan siang” ucapku seraya mnyodorkan uang 50 ribuan,
“Ahhh Sdh mas, Nggak usah… aku jg ada kok kalau cuman sekedar buat makan” Jawabnya menolak uang yg aku sodorkan mngkin dia merasa tdk enak.
Akhirnya aku berangkat kerja pagi itu, Usropun belum memberi kabar bagaimana perkembangan kasus penculikan RS. Pukul 5 sore setelah jam kantor selesai kuputuskan segera pulang ke kos-kosan seakan-akan aku punya tanggungan di belakang sana.
Sesampainya di kos-kosan dia bercerita kalau di berputar-putar di daerah sesetan sambil mencari-cari informasi tentang lowongan pekerjaan, dia tertarik untuk mencoba kerja di café hiburan malam karena peluang untuk kerja disana sangatlah besar dgn tanpa mempunyai ijazah dan Skill yg tinggi menurut orang-orang yg dia jumpai siang tadi, aku tdk mencoba untuk mendukung ataupun melarangnya, itu semua terserah dia, aku tdk mempunyai kewenangan untuk itu, walaupun aku tahu seorang wanita yg bekerja di café hiburan malam mempunyai makna konotasi yg negatif.
Malam sekitar jam 7 kuantarkan dia kesebuah café hiburan malam di daerah sesetan yg masih tdk jauh dari kos-kosanku, meskipun aku yakin belum ada pengunjung tp paling tdk manager ataupun ownernya pasti sdh standby, aku menunggu di parkiran saja, aku tdk mau di ajak masuk, aku tdk terlalu suka dgn tempat seperti itu, walaupun aku belum pernah sekalipun masuk kedlm tp aku sdh bisa membayangkan seperti apa didlm, aku yakin tdk jauh berbeda dgn café-café dangdut di Jl. Jarak Surabaya disektar lokalisasi Dolly, Banyak pengunjung-pengunjung yg rese, sok jago, sok kaya, kontras sekali dgn club dan bar hiburan malam di daerah legian yg penuh dgn bule-bule yg memang datang untuk happy-happy, berpakaian santai seadanya, benar-benar sangat menyenangkan.
Sekitar 30 menit dia didlm, yg akhirnya membawa kabar bahwa ia bisa bekerja mulai besok, aku tak berusaha mencoba untuk bertanya lebih lanjut tengtang pekerjaanya itu, aku takut kalau-kalau aku menyinggung perasaannya, karena bagaimanapun jg itu sebuah pilihan hidup.
“Ya sdh baguslah kalau begitu,… Ayo sekarang kita cari kos-kosan dulu buat kamu” Ucapku seraya basa-basi memberikannya selamat,
“Tp mas… aku… tdk punya uang”, katanya sedikit ragu,
“Sdhlah,… aku kasih kamu pinjaman uang dulu, buat bayar uang muka kos dan sisanya buat uang persediaan untuk kebutuhan sehari-hari…” ucapku mencoba membuatnya tenang,
“Ahhh,… jangan mas… aku tdk enak mas… mas sdh membantuku terlalu banyak” ujarnya merasa malu,
“Memangnya kamu punya solusi lain ???” Tanyaku sedikit menyudutkannya, diapun terdiam sejenak tanpa suara,
“Ahhh sdhlah… toh akhirnya kamu bakalan bayar jg kan kalau sdh ada uang lebih???…. ya sdh ayo naik kita cari kos-kosan dulu didaerah sini” ajakku memecah keheningan dgn tanpa menunggu jawaban darinya, akhirnya dia ikut naik motor dan langsung pergi mencari kos-kosan yg tdk terlalu jauh dari termpat kerjanya.
Tak sulit mencari kos-kosan disana selama uangnya ada, tak lama kemudian kita sdh menemukan kos-kosan yg cocok harganya dgn yg ia inginkan, dgn harga 250 ribu per bulan diluar bayaran listrik dan air dgn kamar mandi didlm, sdh lumayan murah menurutku walaupun kondisi bangunannya biasa-biasa saja tdk terlalu bagus, kitapun sepakat untuk pindahan keesokan hari sekalian dgn pembayarannya.
“Ahhhh… Akhirnya semuanya sdh selaesai… Bagaimana kalau kita beli bir dulu buat merayakannya” ucapku dgn senyum lega kepadanya,
“Iyaaa… Boleh mas… tp aku belum bisa nraktir mas” ucapnya dgn semangat,
“Kamu kok bahas itu melulu sih… ya sdh ayo sekalian aku ambil uang di ATM buat uang persediaanmu” Jawabku dgn bergegas menaiki motor bututku, kitapun meluncur untuk menganbil uang serta membeli 6 botol bir kecil di Circle-K terdekat dan segera meluncur pulang ke kos-kosan.
Setiba di kamar kos dia minta ijin untuk ganti baju dulu di kamar mandi, gerah katanya, Bali memang sumuk kalau malam, tak lama kemudian dia kembali lagi dgn kostumnya tadi malam, kostum yag membuat aku blingsatan tatkala melihatnya, paha putih, belahan dada mencuat melengkapi kesengsaraanku. Satu jam sdh kita minum sambil ngobrol ngalor-ngidul tiba-tiba dia memujiku,
“Aku beruntung mas, kamu yg menemukanku di depan kantor polisi itu… kalau tdk aku tdk tahu bagaimana nasibku sekarang” Ucapnya dgn wajah seperti memancarkan rasa terima kasih yg begitu besar kepadaku,
“Ahhh sdhlah jangan di puji begitu, nanti kupingku bisa mekar” ucapku sambil cengengesan,
“Tp benar, tampaknya mas memang pria baik-baik” lanjutnya lagi memujiku,
“Baik gimana maksudnya ??? ini buktinya kita mabuk-mabukan… hehehe” ucapku masih sambil cengengesan, sementara 2 botol bir sdh berlalu kedlm perutku, meskipun tdk benar-benar mabuk tp pikiran sdh mulai enteng,
“Yahh gimana yaaa,… aku tdk menygka meskipun kita sdh berdua dari kemarin dan mas sdh banyak membantuku, tp aku tdk melihat gelagat mas untuk mencoba menggodaku” Ucapnya dgn serius,
“Ahhh… aku tdk ingin sok alim, tp aku tdk tega menari-nari di atas luka orang lain, bagaimanapun aku jg anak rantau dan apa yg terjadi padamu bisa terjadi kepadaku jg…” ucapku dgn nada serius jg,
“Mungkin aku kalah cantik dan seksi dgn teman-teman wanita mas disini… hehehe” ucapnya dgn nada santai,
“Ahhh kata siapa ???, kamu ini cantik… Cuma aku tdk bisa bahagia dlm derita orang lain” ucapku mengulang perumpamaan di atas,
“Terus terang mas, sewaktu mas menawarkan untuk menginap disini aku sdh siap dgn segala konsekuensinya karena bagaimanapun mas adalah pria yg baru aku kenal, bisa jadi aku diperkosa oleh mas tp itu tak jadi masalah besar selama aku masih bisa bertahan hidup,… itu sebuah keputusan yg sulit, tp tetap aku putuskan daripada aku hanya pasrah dgn keadaan” Ucapnya kembali dgn nada seriusnya,
“Itu sdh biasa, kamu tdk salah berpikiran seperti itu, bagaimanapun aku laki-laki dan kamu perempuan” jawabku membenarkan ucapannya,
“Tp untung saja, aku membuat keputusan yg benar,… mas benar-benar sdh banyak membantuku” ucapnya lagi, entah berapa kali kalimat itu diucapkannya berulang-ulang,
“Aahhh sdhlah kamu Nggak usah mengulang-ulang itu terus..” ucapku kepadanya, botol ketigapun sdh tinggal separuh, munkin dia jg mulai merasa enteng mengutarakan unek-uneknya,
“Tp maaf mas,… memangnya mas tdk terangsang melihatku berpakaian seperti ini ??? meskipun aku tak ada niat untuk itu, atau jangan-jangan mas memang sdh terbiasa dgn wanita yg jauh lebih seksi dariku ya ???” Tanyanya dgn panjang lebar,
“Ahh kata siapa aku tdk terangsang ???, dari kemaren kepalaku cenat-cenut melihat paha mulusmu dan belahan dadamu itu,” Jawabku sambil tersenyum,
“Ahhh masa mas ???, tp kok mas tdk mencoba merayuku…” Tanyanya lagi dgn penasaran
“Ya itu,… sekali lagi aku katakan, aku tak ingin menganbil kesempatan dlm kesempitan”, Jawabku yg benar-benar jujur karena aku merasa iba kepadanya,
“Mas tdk mengambil kesempatan dlm kesempitan kok, mas sdh banyak membantuku, kalaupun mas menjamah tubuhku ini, rasanya tdk cukup untuk membayar kebaikan mas, lagipula aku rasa mas tdk kaget toh kemaren aku sempat menawarkan diri untuk menjual tubuhku kepada mas,…” Ucapnya sedikit berani mengeluarkan segala unek-uneknya,
aku sedikit terkejut mendengar ucapan tulusnya itu, aku benar-benar tdk menygkanya, tp mungkin memang itulah yg ada di hatinya yg paling dlm dan didukung oleh pengaruh 3 botol bir, aku tak bergeming mendengar ucapannya itu, pelan tp pasti posisi duduknya berangsur-angsur mendekatiku, Aroma alkohol yg terhempas dari bibirnya yg merah itupun terasa tambah kencang menghempas wajahku dan, aku benar-benar tak menygka bibir merahnya itu ditempelnya di bibirku dlm dua kecupan pelan, matanya begitu gagah berani menatap mataku tak seperti sebelum-sebelumnya dan kedua tangannya tak kalah lancangnya memegang pelan pipi-pipiku,
“aku tak punya cara lain untuk membalas kebaikan mas,… mungkin hanya ini yg aku bisa berikan…” ucapnya lirih dgn hembusan nafas yg menghempas dinding pori-pori akal sehatku,
“Tpiii… aku hanya tak mau kamu merasa dirugikan kelak nanti…” ucapku dgn sisa-sisa akal sehatku,
“Tdk ada yg dirugikan mas,… Mas kan sdh tahu kalau aku bukan perawan, tak akan ada bedanya kalau aku tidur dgn satu atau dua orang lelaki…”Jawabnya lagi dgn nada yg masih lirih,
Akal sehatku benar-benar sdh mati, terbunuh dgn tajamnya kalimat tulus yg menghunus-hunus kejam otakku, kusosorkan bibirku ke bibirnya dgn menggila,
“Eittsss,… yg sabar dong… aku nggak akan pergi kemana-mana kok…” ucapnya dgn senyum sedikit mengejek seraya menempel kembali bibirnya dibibirku dgn kecupan pelan, benar-benar sangat sensual.
Tanganku pun refleks dgn sendirinya tanpa ada yg menyuruh mendarat dgn sempurna pada payudaranya yg masih tertutup kaos singlet serta BH, Ahhh.. belahan itu, belahan dadanya itu yg benar-benar sdh menghipnotisku, kuremas-remas Payudaranya dari luar, rasanya benar-benar kenyal makin membuatku merasa tdk tahan.
Perlahan kucoba untuk menyingkap kaos singletnya, sementara dia melepaskan ciumannya untuk mempermudah melepaskan kaos singletnya, setelah kaos singletnya lepas dia kembali mendaratkan bibirnya pada bibirku lagi, tanganku bergerilnya untuk mencoba melepaskan pengait BH nya yg masih melekat, tanpa melepaskan pergelutan bibir kami akhirnya BHnyapun terlepas tanpa halangan yg berarti, Ohh.. Benar-benar indah… Dua gunung kembar sdh terlepas dari sarangnya menggelantung dgn bebas. Aku semakin tdk bisa menahan gejolak rasa birahiku menyaksikan pemandangan indah itu.
Aku mulai menggeserkan bibirku untuk menciumi lehernya yg panjang dan putih itu sambil meremas-remas lembut kedua payudaranya. Terasa putingnya mulai mengeras di tanganku. Aku masih memilin-milin lembut puting merah kecoklatannya itu, sambil lidahku terus menjilati di sepanjang leher dan dadanya.Akhirnya bibirkupun sampai ke atas putingnya.
Dgn segenap napas yg tersisa, langsung aku mengisap puting payudara kanannya, sementara tanganku jg tdk tinggal diam, meremas payudara yg lain, demikianlah terus-menerus bergantian. Lastri yg semula hanya memejamkan mata terdiam, mulai berdesis-desis pelan, menikmati sesuatu yg mungkin sdh lama dia tdk rasakan.
Aku menjilat-jilat puting kirinya dan Lastripun mendesah lembut “Achh..” melepaskan kecupan bibir kami, sementara tanganku yg lain tetap meremas-remas mesra payudara kanannya. Lalu mulutkupun berpindah ke sisi dada kanannya, dan aku menjilat puting itu sambil tanganku menuju ke bawah di sela perut dan pahanya.
“Achh.. Mas terus Mas..”, begitu desahannya. Putingnya semakin mengeras dan menyembul di atas payudaranya, seakan-akan menantang birahiku.
Aku belum merasa puas, mengisap dan menjilati payudaranya, aku mulai bergerak turun, menjilati perutnya, naik-turun. Desis Lastri terus semakin cepat, sungguh hanya kenikmatan semata yg kini dirasakannya.
Aku semakin tdk tahan, kepalaku terus bergeser semakin ke bawah, aku berjongkok dan sekarang bibirku telah menyentuh perutnya. Tetp setelah kucoba untuk menggeser kepalaku lebih ke bawah lagi tiba-tiba dia memegang kepalaku dan menghentikanku, “Ahh… Maaf mas, Aku lepas kontrol, aku tadinya bermaksud ingin memberikan mas kepuasan, bukan mas yg memberikanku kepuasan” ujarnya dgn diselingi hempasan nafasnya yg cepat.
“Ahh… Sama saja Las” ucapku singkat seraya mencoba menggerakkan kepalaku kebawah lagi tp dia tetep mencoba menghentikannku lagi.
“Ahh.. Jangan mas, lain kali saja.. Kali ini biar aku yg melayani mas, mas nikmati saja…” Ucapnya sambil mengangkat kepalaku keatas seraya mencoba melepaskan kaosku,
“Ehhh… Memangnya ada lain kali ya ???” tanyaku pura-pura bodoh,
“Idihhh Pura-pura bodoh lagi,… Kalau misalnya setelah ini mas sdh bosan sama aku ya sdh gak apa-apa”, Jawabnya pura-pura sewot,
“Ahh ya sdhlah toh aku jg yg enak” pikirku dlm hati, kuangkat tanganku untuk mempermudah proses membuka kaosku, lalu dgn lincahnya lidah Lastri yg hangat mulai menelusuri tubuhku mulai dari leher telinga dan sekarang aku yg sedikit demi sedikit mendesah , apalagi dgn ganasnya Lastri menjilat-jilat puting dadaku.
Dihisapnya pelan dan kadang digigit, akhirnya sampai pada celana pendek yg masih menempel di tubuhku, dibukanya perlahan kuangkat pantatku untuk mempermudah melepaskan celana pendekku, kemudian dia mengelus-ngelus k0ntolku yg masih terbungkus dlm CDku,
“Ahhh… Bedebah… Kenapa gak dilepas saja sekalian CDnya… Bikin aku tambah gemas saja dgn wanita ini”, gumamku dlm hati, karena tdk tahan akhirnya kucoba untuk melepaskan sendiri CDku, tp dia lagi-lagi menghentikanku,
“Eittsss,… yg sabar dong… ini sdh jadi tugasku, tugas mas sekarang diam dan menikmati saja,… Memang sdh gak tahan yaaa ???… hihihihi”, ucapnya sambil cengengesan,
Benar-benar bedebah aku benar-benar tersiksa dgn perbuatannya itu, perlahan di membuka CDku kuangkat pantatku lagi untuk memperlancar pelepasan benang terakhir yg menempel di tubuhku, kemudian mencuatlah senjata yg dari tadi sdh tegak berdiri dgn gagahnya,
“Ehhh… Ternyata adikku sdh bisa berdiri sendiri… hihihi”, celotehnya dgn cengengesan,
Ahh sial jg wanita ini menertawaiku, burung siapa yg akan berdiri kalau sdh diperlakukan sedemikian rupa, perlahan dia mendekatkan mulutnya ke k0ntolku yg sdh tegak berdiri jantungku berdegub begitu kencang berharap-harap cemas seakan-akan penantian puluhan tahun akan segera terobati dlm hitungan detik, tp hampir saja lidahnya menyentuh k0ntolku tiba-tiba kembali dia memundurkan kepalanya sambil cengengesan melihatku,
“Aduhhh Lastri,… Jangan gitu dong aku sdh tersiksa nih,… kamu terus-terusan menggodaku dari tadi…”, ucapku dgn nada memelas,
“Hihihihii… Makanya jadi laki-laki jangan sok jaim, pake acara pura-pura gak doyan segala… Emang gaya cuek mas yg kemaren mana sekarang ???…” tanyanya sambil cengengesan,
“Bukan sok jaim Las… Tp…. hhhmmm”, Belum sempat aku menuntaskan penjelasanku, kalimatku terpotong bersamaan sentuhan lidahnya di ujung k0ntolku, ahhh benar-benar sangat nyaman sekali,
“Tp apa ???, Tp Enak ??? ”, Ucapnya seraya melanjutkan jilatan-jilatan diujung k0ntolku,
“Iya Ee..enak…” Jawabku dgn terbata-bata mengontrol hembusan nafasku,
dia hanya cengengesan mendengar jawabanku yg sdh tdk nyambung dgn kalimat yg pertama tadi, sementara tangannya sdh mulai dgn lembut mengocok kejantananku yg kian membengkak dan mengeras.
“Adduhh… Lassss….Hmmm”, Ceracau yg keluar dari mulutku sdh tdk bisa aku kontrol lagi,
Tetp sepertinya Lastri tdk peduli, kini kejantananku sdh berada di dlm mulutnya yg mungil, sementara jari-jemarinya tetap mengelus-ngelus dadaku dan menjentik-jentik puting dadaku, membuat seluruh aliran darahku bergejolak menahan kenikmatan yg luar biasa. Tangan kananku dgn gemas meremas pinggul dan buah pantat Lastri yg kenyal yg masih terbungkus boxer,
“Anjing… Kenapa boxernya belum lepas dari tubuhnya”, gumamku dlm hati, aku lupa tdk membuka boxernya tadi, aku terlalu larut dlm irama permainan lastri.
Payudaranya jg terus aku elus dan putingnya aku pilin lembut dgn tangan kiriku dari bawah, entah berapa menit sdh hujaman-hujaman k0ntolku ke mulutnya berlangsung, darahku sdh sampai ke ubun-ubun,
“Adduhh,… Suu…udah Las… Bisa-bisa aku keluar sebelum melihat memekmu”, Ceracauku dgn nafas terengah-engah,
“Tahan mas yaa… mungkin sedikit sakit”, Ucapnya setelah melepaskan k0ntolku dari mulitnya, tiba-tiba dia menekan uratku di sekitar selangkaan sebelah kiri, entah aku tdk tahu apa yg mau dia perbuat,
“Auuuww,…” Sentakan yg keluar dari mulutku, benar-benar sakit sekali, tp ada sesuatu yg aneh beriringan dgn itu seakan-akan sperma yg sdh berada di ujung k0ntol masuk kembali kedlm, mungkin sekarang aku mulai sedikit mengerti apa yg sedang dia perbuat,
“Maaf… Mas yaa… Tampaknya mas kurang mempunyai pertahanan melawan wanita… tp tenang mas nanti akan saya sembuhkan… biar mas bisa membuat tepar wanita-wanita diluar sana…” Ucapnya sambil tersenyum menggoda,
tangannya masih memijit di tempat semula, benar saja dlm keadan normal dlm artian tanpa pengaruh alkohol ataupun obat kuat aku biasanya tdk bisa bertahan terlalu lama, setelah melepaskan pijatannya dia kembali meraih k0ntolku yg sedikit melemas karena pijatannya tadi mengarahkan kemulutnya lagi, benar-benar indah rasanya k0ntolku kembali tegak dgn congkaknya dlm kondisi 100%,
“Ahhh… Kamu gak adil… Aku sdh kamu mempermainkanku dari tadi… tp kamu masih menyembunyikan hartamu itu…”,Ucapku dgn nafas yg sulit sekali aku kontrol, dgn posisi k0ntolku masih dlm kunyahan mulutnya itu,
“Ehhh… Tak kirain kemaren mas gak sudi melihat punyaku… hehehe”, Ucapnya meledek aku lagi,
dia bangun dari posisinya yg sedikit tengkurap waktu mempermainkan k0ntolku tadi, dia terus berdiri dan membuka perlahan boxer yg masih menempel di tubuhnya yg menutupi bagian yg paling berharganya itu, aku tak sadar bahwa boxer sebelah bawah ternyata basah memang aku tak bisa melihat tadi dgn posisinya yg sedikit tengkurap, dia melenggak-lenggokkan pantatnya sambil tersenyum menyeringai menggodaku, aku benar-benar sdh tak sabar dibuatnya dia terus-terusan menggodaku dari tadi,
“Ahhh… lama amat sih,” celotehku makin tak sabar saja melihat tingkahnya,
“Sabar yah sayang… muuuaachhh”, begitulah yg keluar dari mulutnya memonyongkan mulutnya seperti sun jauh,
ditariknya sedikit demi sedikit sambil mengeyal-geyolkan pantatnya menggoda, akhirnya benarng terakhir itu terlepas, ahhh… benar-benar bedebah rupanya dia tdk memakai CD, melainkan hanya boxer saja, pantas saja tadi kulihat boxernya basah oleh cairan memeknya, badanku rasanya gemetar dan bulu kudukku rasanya berdiri setelah melihat memek yg indah sedikit merekah tp tdk begitu menganga lebar di selingi cairan dipinggirnya, bulu memeknya telah dia potong sangat pendek tp tdk gundul plontos, benar-benar indah,
entah kenapa aku bisa terkagum-kagum seperti tdk pernah melihat memek saja meskipun sampai saat itu Body wanita yg benar-benar ideal dimataku adalah si Risa dlm Cerita “Tragedi Rumah Bordil”, tp perasaan ini sama seperti waktu aku meniduri seorang janda umur 30 tahunan beranak dua sewaktu awal-awal aku masuk kuliah yg mungkin saja nanti aku ceritakan dlm judul “Janda Kembang Salak” Sebelum kejadian dlm Cerita “Kisah Si Tukang Ledeng dan Sepotong Pipa”, Mungkin saja karena aku merasa ada sebuah kepasrahan pada dirinya tanpa ada maksud dan tujuan atas apa yg dia perbuat,
“Idiihh mas kok melihatnya begitu, seperti belum pernah melihat wanita telanjang saja…”, Ucapnya genit menggodaku,
“Entahlah… Lasss… kenapa aku bisa tertegun melihat ketelanjanganmu itu…”Ujarku yg keluar begitu saja dari mulutku tanpa terkontrol lagi oleh akal sehatku,
“Aduuhh… Mass… Gak usah ngegombal deh,… Mas gak perlu menggombal untuk meniduriku…”,Ucapnya lagi dgn tawa genit seraya merebahkan diri kekasur,
perlahan dia mulai mengangkangkan pahanya, sedikit demi sedikit memeknya sedikit merekah seiring dgn terbukanya selangkaannya, memeknya begitu indah tdk bergelambir dan berwarna merah, tp kenapa aku seperti perjaka goblok menganga melihat pemandangan itu, aku harus sadar dari kekagumanku itu, “Sadarlah… Ini bukan pertama kalinya aku melihat wanita telanjang… aku sdh banyak meniduri wanita…”, Itulah yg kucoba tanamkan dlm otakku untuk melawan kekaguman dlm hatiku,
“Ayo mas monggo, mumpung lagi hangat… nanti keburu dingin lho… hihihi…”,Ucapnya genit meledek memecah keheninganku, perlahan aku menghamprinya, kucoba mendaratkan jari-jemari lentikku, selangkangannya ia belah lebar-lebar.
Memek merah merekah pun terlihat di depanku. Lembab dan ranum seperti pepaya setengah matang. Kuusap-usapkan jariku ke dinding memek itu, naik dan turun. Sesekali, kututup lubang kemaluannya, dan kubuka kembali. Lastri menaik-turunkan pantatnya.
“ooouuuggghhhh…” desisnya mantab.
Dgn menggunakan jari telunjuk dan jempol, kurekahkan lubang itu dan memainkan jariku yg lain masuk ke dlm kemaluan yg sdh basah dan berlendir. Kugosok perlahan-lahan. Tangan Lastri menyergap tanganku dan membimbingnya dgn kasar ke atas payudaranya lagi. Ia ingin aku memainkan payudara dan kemaluannya sekaligus.
Aku menjadi lebih bersemangat mendengar desahannya yg tak ada tanda-tanda mereda itu. Ia mengangkang lebar-lebar, membuka pintu kenikmatan untukku. Dan aku mendaki ke atas memeknya. Kupegang k0ntolku dan kuarahkan tepat di bibir memeknya.
Satu dorongan membuat k0ntolku yg keras menusuk sebagian ke dlm memek yg lembut dan basah, diiringi desahan kecil, memeknya seakan-akan seperti melawan benda yg ingin memasukinya, lumayan sempit untuk seorang yg pernah melahirkan, mungkin saja dia sidah lumayan lama tdk tersentuh laki-laki. Di dlm, k0ntolku merasakan hawa hangat yg lembab. Basah dan licin. Kutarik pelan-pelan dan kumasukkan lagi dgn lembut. Kepalaku Kuturunkan dan dgn lidah, kugoda puting payudaranya sambil mengatur irama gerakan k0ntolku.
Lastri menggelinjang-gelinjang. Kedua tangannya memeluk pundakku dan mulai mencakar-cakar. Kuciumi payudaranya bergantian, kanan dan kiri. Sesekali kutarik puting itu dgn mulutku. Lantas, kedua kakinya menjepit pahaku, saling bertumpuk, dan memudahkanku untuk mempercepat gesekan k0ntolku.
“Uuuuuh…. Enak, Lasss…” rintihku berkali-kali.
“Iya… Mas…” balasnya.
Suaranya yg lembut meluncur pelan di sela nafasnya.
“Auuuwww…” dia menjerit kecil.
Lalu aku menarik, mendorong, menarik lagi, mendorong lagi. Aku merasakan kewanitaannya semakin basah. Kewanitaannya yg sempit itu semakin menjepit kejantananku. Dgn irama yg teratur aku menarik dan mendorongkan tubuhku kearahnya, Lastri menyilangkan kakinya di belakang buah pantatku, sehingga terasa kejantananku terjepit disela-sela bibir kewanitaannya. Makin dlm.. dan semakin dlm kejantananku masuk kedlm liang kewanitaannya yg semakin membasah. Kami sama mengerang-erang penuh kenikmatan, dan peluh menetes dari lehernya, aku ciumi seluruh leher dan belakang telinganya.
Lalu ketika irama kami semakin cepat Lastri berkata
“Ayo Mas.., lebih cepat Mas.. lebih dlm lagi..”. Aku menggigit bibirku menahan rasa nikmat yg luar biasa, kejantananku semakin cepat dan semakin dlm menusuk-nusuk kewanitaannya, seluruh otot-otot tubuhkuku menegang.
“Adduhh… Lass.. enak sekali..”, aku mengerang-mengerang sambil terus kugigiti bibirku.Tak lama kemudian, ketika irama kami semakin cepat tubuhnya menegang sambil meremas rambut kepalaku dan mendesah,
“Ougghh.. Mas, aku enak..sekali..”, Lastri menjepit buah pantatku dgn menyilangkan rapat-rapat kakinya,
dan aku pun menahan napas sambil terus menusuk-nusukkan kejantananku. Dinding-dinding kewanitaannya terasa memijat-mijat kejantananku, sehingga memberikan rasa nikmat yg luar biasa pada diriku. Panasnya suhu bali ketika malam menjelang menambah panasnya rungan kosku, tubuhku dan tubuhnya sdh bermandikan keringat begitu hebat, aku semakin tdk tahan, aku terlalu larut dgn nafsuku, aku tdk bisa mengontrol iramaku, darahku sdh berada di ubun-ubun dan sperma sepertinya sdh berada di ujung kenisku,
“Aduuhh Lasss… Maaf Lass… Sepertinya aku sdh tdk tahan lagi”, Ceracauku mencoba memperlambat iramaku,
“Gak apa-apa mas,.. aku melayani untuk memuaskanmu mas… tp sebenarnya mas sdh puas apa masih ingin berlama-lama ???” Tanyanya dgn hempasan nafas kencang,
“Sebenarrnya aku masih ingin berlama-lama didlm memekmu, rasanya belum puas aku memelukmu… tp apa daya sepertinya k0ntolku tdk bisa berkompromi”, jawabku, aku tambah memperlambat iramaku supaya sebisa mungkin menahan desakan sperma yg ingin keluar dari ujung k0ntolku,
“Sdh berhenti dulu mas kalau begitu,… sekarang mas yg dibawah biar aku yg mengontrol irama permainan ini sekarang…”ucapnya tiba-tiba menyuruhku berhenti,
aku berhenti sejenak dan mencabut k0ntolku didlm viginanya yg basah itu pelan-pelan, dan sekarang aku membaringkan tubuhku dikasur, dgn cepat dia bangun dari posisi tidurnya kemudian duduk didepan selangkaanku, dgn cepat dia menekan keras dgn tangannya daerah antara buah zakar dgn anus, sperma yg sdh ada berada di ujung k0ntol seakan-akan tertahan dan mundur kembali, setelah itu dia mulai memijat kembali didaerah selangkaan sebelah kiri lagi, diteruskan dgn pijatan didaerah antara k0ntol pusar dia memijat-mijat daerah itu kearah atas dan jg perut bawah sebelah kiri dibawah pusar, pijatan itu tdk berlangsung terlalu lama tp benar-benar seperti mengembalikan kekondisiku semula sebelum bercinta denganya,
“Gimana mas… oke ??? sdh bisa dimulai kembali ???” tanyanya menyeringai genit menatapku,
“Iya lass… kondisiku seperti kembali ke awal sebelum bercinta… kamu benar-benar bisa mempermainkan pria sesukamu…”, jawabku,
“Siapa dulu dong… Lasstrii.. Makanya jangan macam-macam sama aku… hihihi”, ujarnya dgn bangga disertai tawa genit,
kemudian dia mulai mengocok-ngocok k0ntolku kembali sebelum mengarahkan kembali keliang memeknya, Lastri mulai menaiki tubuhku dan Perlahan lahan ia menurunkan pantatnya. Kepala k0ntolku dijepit dgn jarinya, dan digesek-gesekkan di mulut memeknya. Terasa lembab, hangat dan berair. Dia mengarahkan kejantananku agar masuk ke dlm memeknya. Lastri merenggangkan kedua pahanya dan sedikit mengangkat pantatnya. Kepala k0ntolku sdh mulai menyusup di bibir memeknya. Kugesek-gesekkan di bibir dlmnya sampai k0ntolku terasa keras sekali. Keadaan lubang memeknya semakin basah. Lastri menurunkan lagi pantatnya dan k0ntolku segera masuk ke dlm memeknya.
“Ayolah Lastri, tekan lagi.. Masukin..” Lastri menggoyangkan pantatnya dan kubalas dgn mengencangkan otot perutku, dan “Blep”.
“Oucchhhh.. Masss.. Ouhh!” erangnya berteriak lirih.
Lastri perlahan bergerak naik turun. Aku mengimbanginya dgn gerakan pinggulku. Pantatnya dinaikkan hingga hanya kepala k0ntolku saja yg menyusup di bibir memeknya dan dgn cepat pantatnya diturunkan kembali sampai k0ntolku menyentuh dinding rahimnya. Ia menciumku dgn liar kemudian dikecupnya leherku dan bibirnya terus ke bawah menggigit putingku.
Detik demi detik berlalu menit demi menit silih berganti, Lastri kemudian berjongkok dan pantatnya bergerak naik turun, memutar dan maju mundur seperti joki yg sedang memacu kudanya. Payudaranya bergoyang-goyang dan segera kuremas-remas. Aku bergerak menaikkan tubuhku sehingga kini posisiku duduk memangkunya. Payudaranya kupermainkan dgn tangan dan mulutku. Tangannya memegang pahaku, dadanya semakin tegak dan kepalanya mendongak. Tdk ada bagian tubuh atasnya yg kulewatkan. Gerakan pantatnya semakin dipercepat sampai tubuhnya seakan meliuk-liuk.
Tabrakan antara paha dan pantat menimbulkan bunyi yg begitu indah mengalahkan genre musik apapun “Plak.. plak..plak.. ”
“Gi..gimana mas ???… Masih bisa bertahan ???”, tanyanya tergopoh-gopoh dgn ledakan-ledakan nafas di dadanya,
“Bi..biiisa dong…A..aku kan perkasa..” Jawabku sekenanya,
“I..iidihh… Sok jago kamu sekarang mas… Gak ingat ya… tadi… merengek-rengek… mau keluar…” lanjutnya lagi dgn sepatah-sepatah kata yg keluar dari mulutnya,
“Taaa..han… Mass…Aku… Sebentar Lagi… Sampai”, Lanjutnya terengah-engah,
Pantatnya menekan kuat sekali di atas pahaku. Dinding memeknya berdenyut kuat menghisap k0ntolku. Aku menahan tekanan pantatnya dgn menaikkan pinggulku. Bibirnya menciumiku dgn pagutan-pagutan ganas dan diakhiri dgn gigitan pada dadaku. Desiran yg sangat kuat mengalir lewat lubang k0ntolku. Kupeluk tubuhnya erat-erat dan kutekankan kepalanya di dadaku. Napasnya bergemuruh kemudian disusul napas putus-putus. Memek berkontraksi meremas-remas kejam kemaluanku, itu yg membuatku jg sepertinya mulai tdk tahan.
“Sssshhhh…Hummmphhh” Lastri hanya memekik kecil, sambil menggigit bibir bawahnya, tarikan napasnya panjang dia terkulai lemas di atas tubuhku,
dia sdh sampai pada pelabuhan ujung dunia yg membawanya terbang ke awang-awang, dia tdk mengungguku, padahal jg sdh hampir klimaks jg, kubiarkan dia bernafas sebentar sebelum kugulingkan tubuhnya lagi sampai aku bisa menindihnya, Aku mulai menekan dan menghujam kembali sebelum memeknya mulai mengering,
“Lass… Tahan sebentar yaa… Aku gak akan lama kok…”, Pintaku takut mengganggu istirahatnya,
“Yaa… Gak… Apa-apa Mass… Cepat Mass..”, Dia menjawabku dgn nafas yg belum benar-benar terkontrol.
“Di dalem apa di luar Lass…” Ucapku singkat,
“Didalem gak apa-apa mas…” jawabnya pelan,
“Uuucch..!”, aku menggeram sambil menggenjot keras-keras lima kali.
tdk lama kemudian..
“Aduuhh… Lasss,.. Aku keluarr.. Creeet… Creeeett.. Creeet…”, aku mengerang kenikmatan ketika aku mengeluarkan lava panas dari kejantananku membasahi seluruh lubang kewanitaannya yg telah basah kuyup.
“Aaachh..!… Huhuhuhu…” aku kembali mengerang, menancapkan dlm-dlm kejantananku dan bertahan di sana ketika lecutan-lecutan ejakulasi melanda seluruh tubuhku.
Lastri mendekapku erat sekali, dan kepalakupun terkulai di lehernya sambil menikmati bau keringatnya yg merebak. Lima menit sdh kami saling terkulai, lalu ketika debar jantung kami telah kembali normal, aku menarik kejantananku dari kewanitaannya.
“Aduuhh… Las.. Enak sekali…”, ucapku dgn nafas pajang yg kucoba untuk ku kontrol, dgn masih menindih tubuhnya,
“Idiihhh… mas… udah tahu enak kenapa gak dicoba dari kemaren…”, Ucapnya genit tangannya mecubit lengan kiriku,
“Kan Kamu udah tahu alasannya las…”, Ucapku dgn mulai mengeluarkun k0ntolku yg sdh melemas dari memeknya, ku ambil CDku untuk membersihkan sperma yg keluar dari kemaluannya itu karena aku memang jarang pakai tissue,
“Alaahh… Mas saja yg peka terhadap wanita… padahal sdh aku pancing dgn menggunakan pakaian seksi… kan mas sdh banyak meniduri wanita ??? masa belum ngerti jg ???…”, Tanyanya meledekku seraya berdiri dan melangkah ke kamar mandi, dia sedikit lama di kamar mandi untuk ukuran wanita yg hanya sekedar mencuci kemaluannya saja, kemudian gantian aku yg mencuci k0ntolku, setelah keluar dari kamar mandi dia memintaku berbaring lagi,
“Ayo mas… berbaring !” perintahnya,
“Buat apa lasss ???… Ohhh… Tunggu lass… aku mau istirahat dulu… baru kita lanjut lagi…” Jawabku nyengir sok tahu,
“Emang yg mau minta lagi, siapa ???… ihhh… Mas ke GRan deh.. Pijatan yg tadi belum selesai… Sekalian ambil minyak kayu utih atau minyak tawon…” Ujarnya meledekku, kita berdua masih telanjang bulat tanpa menggunakan apa-apa.
“Aku gak punya minyak begituan lass…” ucapku singkat,
“Lotion jg gak apa-apa…”, lanjutnya singkat, kuambil saja Citra hand and body lotion milik Abdel, Abdel lebih ganjen daripada aku masalah perawatan,
Akhirnya dia memijatku lagi di daerah yg tadi, di antara perut dan k0ntol, perut bawah sebelah kiri, selangkaan kiri, dan sekarang ditambah selangkaan kanan dan telapak kaki sebelah dlm yg melengkung di dekat tumit, yg lain tdk terlalu sakit tp diselangkaan kiri dan telapak kaki ini yg benar-benar sakit, aku dipijat lama kali ini sekitar satu jaman, setelah pijatannya selesai k0ntolkupun mulai berdiri lagi tp,
“Sdh jangan dulu… Mas baru saja dipijat… Mas boleh minta kapan saja besok ataupun lusa tp sekarang mending istirahat dulu…”, ucapnya pelan meyakinkanku.
Akhirnya kita tidur berpelukan, rasa capek dan mungkin jg pengaruh alkohol membuat kita berdua benar-benar terlelap, sampai akhirnya aku bangun kesiangan sekitar jam 07.15 WITA, aku langsung bergegas mandi dan membangunkannya sebelum berangkat kekantor, aku bilang gak bisa mengantarnya dan membantu mempersiapkan kos-kosan barunya dan menyuruh tdk usah mengunci kosanku cukup menutupnya saja,
dia berpesan supaya sering main ke kos-kosannya, dia bilang jangan khawatir dia akan menyuguhkan camilan yg paling nikmat setiap aku main ke kos-kosannya sambil nyengir genit, dan dia bilang aku harus di pijat kembali seminggu lagi, rupanya ini adalah terpi pijat tdk hanya cukup sekali, dan yg paling penting dia berpesan untuk jangan tidur dgn wanita manapun selama seminggu ini, karena menurutnya saat ini aku masih dlm masa terapi, kalau memang kebelet dia menyuruhku pergi ke kos-kosannya untuk tidur denganya karena meskipun sama-sama tidur dgn wanita dia bilang dia bisa mengontrol otot-otot selangkaan dan perutku sementara kalau dgn wanita lain belum tentu.
Setelah pulang kerja aku mampir di kos-kosannya yg baru sebentar, rupanya dia sdh bersih-bersih, dia di pinjami karpet dan bantal untuk sementara buat tidur oleh tuan rumah kos-kosannya, setelah itu aku tdk mengunjunginya lagi supaya dia jg bisa bergerak bebas tdk terus-terusan merasa terawasi olehku sampai jadwal pijatku tiba seminggu kemudian.
“Lohh kok mas baru kesini sekarang… kemaren-kemaren kemana aja ???… “,Ujarnya sedikit sewot,
“Loh… Katanya jadwal pijatnya seminggu lagi… kan sdh benar hari ini… memangnya kenapa ???” kataku sedikit heran,
“Yah… Sekarang aku lagi merah mas…”, katanya seperti menyesal,
“Trus, memangnya kenapa ???…”, lanjutku masih heran,
“Yaaa… sedang gak bisa dipake lah mas…” lanjutnya,
“Oaalahh… ya gak masalah toh, aku kesini cuma menepati jadwal pijatku saja kok… Lagian masa aku main kesini harus diartikan minta jatah sih… aku kan jg jadi gak enak kalo begitu”, kataku berdalih,
“Apanya yg gak enak mas ???… Mulai deh sok jaimnya… Perasaan waktu itu mas merem melek keenakan deh…huuuuu…”, Ucapnya disertai tawa kecilnya,
“Tp Pantangannya gak dilanggar kan ???”, tanyanya saeperti curiga,
“Ya gak lah lass… Lagian sapa lagi yg mau sama aku…” jawabku tanpa dosa,
“Alahhh… laki-laki semuanya sama deh… sok pura-pura suci… tp awas lho, aku tahu kalau mas bohong apa tdk dari otot-otot dan urat-urat mas yg aku pijat…” ancamnya dgn sok jutek,
kemudian mulailah prosesi pemijatannya, kali ini tdk sesakit seperti sebelumnya dan kali ini dia sdh memperbolehkan aku tidur dgn wanita setelah seminggu dari pemijatan kali ini, dia hanya berpesan untuk tdk terlalu sering saja dulu kalau tidur dgn wanita lain paling cepat 4 hari sekali sampai dia bilang terapinya benar-benar selesai.