Sebuah hubungan ‘gelap’ dengan seorang gadis bernama Oka. Dibilang hubungan ‘gelap’ karena aku sendiri sudah beristri dan beranak, dan aku kenal baik dengan ayah Oka yg juga merupakan rekan bisnisku.
Tapi aku sebelumnya belum pernah ketemu Oka karena dia sekolah di luar kota. Keluarga Oka merupakan keturunan Tionghoa yg cukup lumayan bisnisnya. Perkenalanku dengan Oka berawal pada saat aku menghadiri peresmian salon & butik milik Mei dimana aku terlibat dalam pembuatan sistem back-officenya, Mei adalah adik ipar Oka.

“Eh…, ada mas Anto.. Kebetulan nih, aku bawa burger.. Kita lunch sekalian yuk..” kata Oka.
“Ah, aku sudah makan kok barusan..” jawabku basa-basi.
“Gak apa2, mas.. Temenin ci Oka tuh, kebetulan aku ada janji sama client nih..” sahut Mei.
“Oke deh kalo begitu..” jawabku.
“Kita makan di atas aja yuk, mas.. Sambil liat ruang senam yg baru..” ajal Oka.
“Atas mau dibuat sanggar ya?” tanyaku sekenanya.
“Nggak kok, mas.. Tu ci Oka pengen punya ruang senam pribadi aja..” sahut Mei.
“Oooo, gitu..” jawabku sambil manggut2.
“Udah sana ke atas temenin ci Oka, kelaparan tuh..!” kata Mei.
“Ha..ha..ha.. Ayuk, mas..! See U Mei..!” sahut Oka sambil keluar ruangan diikuti aku.
Kami naik ke lantai atas dan masuk ke sebuah ruangan berukuran kira2 8X6m. Lantainya karpet abu2 dan temboknya dilapisi bahan peredam warna hitam. Ruangan itu kosong, hanya ada satu meja kerja & laptop di pojok, sofa panjang dgn satu meja di depannya, dan lemari kecil disamping meja kerja dgn seperangkat home-theatre di atasnya. Sebuah kaca yg besar terpasang di salah satu sisi dinding, ukurannya hampir memenuhi satu sisi dindingnya.
Beberapa lampu dinding tampak terpasang dan di langit2 terdapat 6 lampu sorot kecil. Indah sekali, batinku sambil melihat sekeliling ruangan.
“Silahkan duduk, mas.. Aku setel musik dulu” kata Oka sambil menyalakan CD dan alunan piano Richard Clayderman mulai terdengar sayup.
“Suka lagu2 gini mas?” kata Oka sambil membuka bungkusan burgernya dan menyiapkan untuk kami berdua.

“Wah, suka fotografi ya..?” tanya Oka.
“Hobi aja sih, gak buat profesi. Kalo ada yg pake sih ga nolak.. Hehehe..” jawabku sambil makan.
“Hobi kalo menghasilkan kan bagus tuh..” kata Oka sambil ikut makan.
Kami pun makan sambil ngobrol kesana-kemari, bercanda dan kadang main tebak2an. Setelah selesai makan Oka segera membersihkan sisa2 dan bungkus makanan kami.
Mendadak dia bertanya kepadaku
“Mas, aku kasih job foto mau?”
“Emmm…, gimana ya? Job foto gimana? Kalo acara2 resmi atau wedding aku belum pernah sih..” jawabku ragu.
“Foto aku..! Aku ingin difoto sendiri, privat..!” kata Oka.
“Maksudnya kamu mau difoto seperti model gitu..?” tanyaku.
“Iya, tapi khusus buat aku pribadi lho.. Berapa harganya, mas..?” balas Oka.
Wah, aku belum pernah dapat job foto model gini, batinku bingung.
“Gampang soal itu deh.. Kayak sama siapa aja, lagian buat eksperimen aku juga..” jawabku sekenanya.
“Bener nih..? Kalo iya, kita mulai aja..!” kata Oka.
“Sekarang? Lokasinya mau dimana?” tanyaku.
“Disini aja, kira-kira bagus gak suasananya? Kalo diluar berarti harus cari lokasi dulu deh..” kata Oka.
Aku melihat sekeliling ruangan. Tampaknya layak juga untuk foto session. Dinding, lampu ruang yg bisa diatur, suasana, semua oke sih.
“Oke, bisa kok disini kalo mau..” kataku.
“Siiipp…! Sebentar, aku make-up dan cari baju dulu ya..” kata Oka sambil keluar ruangan.
Aku segera menyiapkan kamera SLR-ku dan perlengkapannya, lalu mengambil sample seting pencahayaan disitu (mirip profesional? Hahaha..!)
Tak beberapa lama Oka masuk kembali, kali ini dia tampak lebih cantik dengan dandanannya. Dia memakai celana jeans pendek sekali dan t-shirt besar warna putih. Pahanya yg mulus semakin kelihatan jelas dan rambutnya yg bergelombang sebahu dibiarkan terurai. Pundaknya yg putih nampak terbuka sebagian karena t-shirtnya yg lebar itu.
Tdk nampak adanya tali BH membuatku semakin penasaran. Pikiranku mulai melayg kemana-mana nih.
“Kok melamun sih…? Gimana penampilanku?” kata Oka membuyarkan pikiranku.
“eh.. mmm.. Bagus kok..” jawabku gugup.

“Sexy kok, kamu juga keliatan cakep..” jawabku polos.
“Ihh… Mas Anto jangan ngeledek, ah..”
“Bener kok, Ka.. You’re look so beautiful & sexy..!” jawabku.
“Kita mulai aja ya..” ajak Oka sambil pasang gaya.
“Kita ambil sample dulu ya..” jawabku sambil mulai jepret dia beberapa kali.
Setelah sepakat dengan hasilnya, kami melanjutkan sesi foto kami. Oka nampak luwes dalam bergaya.
Dalam beberapa pose dia nampak ingin tampil sexy dengan menurunkan belahan pundaknya, membuatku makin penasaran saja.
Akhirnya aku pun berkomentar juga
“Yg lebih menantang dong, Ka…”
“Oke…” jawab Oka.
Kemudian dia memasukkan tangan ke dalam t-shirtnya lalu melempar sesuatu ke lantai. Wow..! itu tadi ternyata BH tanpa talinya, Oka sekarang tdk pakai BH. Aku kembali melihatnya, tambah kelihatan sexy karena putingnya kelihatan menonjol dibalik t-shirtnya.
“Ready..?” tanyaku.
“Oke..” jawab Oka.
Oka mulai berpose lagi, kali ini semakin berani. Dia mulai melorotkan t-shirtnya sehingga nyaris kelihatan payudaranya, belum posenya yg membuat laki2 bergetar.
Tak berapa lama Oka membuka retsleting celananya sehingga CD-nya yg berwarna merah kelihatan. Dia terus bergaya dengan pose yg semakin menantang.
“T-shirtnya buka aja, Ka..” kataku tanpa sadar.
“Malu, ah mas..!” jawab Oka.
“Gak apa-apa.. kan ini cuma buat pribadi aja…” kataku.
“Malu sama mas Anto, tau..!” kata Oka.
“Gak apa2 kok.. Kayak sama siapa aja..” jawabku semakin berani.
“Oke lah..” jawab Oka sambil membuka t-shirtnya sambil membelakangiku.
“Ok, pose gitu ya.. Muka noleh ke kamera dong..” kataku.
Aku ambil gambarnya beberapa kali dalam pose itu.
“Hadap samping, Ka..” kataku.
Oka pun berpose menghadap samping dengan tangan menutupi dadanya dan wajah ke kamera. Setelah beberapa kali jepretan, aku memintanya menghadap kamera. Oka pun menurut dengan tangan tetap di dada. Uuhh… Membuat semakin penasaran nih, batinku.
“Jangan ditutupi dong, Ka..” kataku.
Oka tdk menjawab tapi langsung berpose dengan berkacak pinggang. Payudaranya yg tdk terlalu besar tapi kencang dan bagus bentuknya dengan puting menantang langsung kelihatan. Aku sempat terpana melihat pemandangan itu, betul betul topless.
“Udah, jangan melongo gitu mas..! Katanya suruh kelihatan..” kata Oka sambil tersenyum.
“Ehh… i..i..iya..” jawabku gugup sambil siap untuk memotret. Kurasakan adik kecilku mulai mengeras juga. Wah, gawat nih.., batinku.
Setelah beberapa jepretan kami lalu beristirahat dan Oka mengenakan t-shirtnya lagi. Kami melihat hasil jepretanku di kamera sambil duduk di lantai karpet.
“Kurang jelas mas, kecil2 banget..” kata Oka.
“Liat pake laptop aja, ntar aku sambungin..” jawabku.
Oka berdiri mengambil laptop di meja, langsung aku sambung ke kamera dan aku transfer foto foto tadi.
Kami melhat hasil dari awal sambil saling berkomentar hasilnya. Sampai pada foto topless Oka terdiam sambil mengamati satu persatu, aku pura2 cuek aja.
“Mas, foto lagi yuk..” mendadak Oka berkata padaku.
“Oke…” jawabku.
“Tapi….” kata Oka sambil menatapku, ada keraguan di mata dan nada bicaranya.
“Kenapa, Ka..?” tanyaku.
“Aku mau difoto naked, telanjang..! Tapi yg kelihatan art-nya gitu.. Kira2 gimana, mas..?” jawab Oka.
Aku sempat kaget, bingung, dan mungkin girang campur aduk jadi satu.
“Eeee… bisa kok.. Lagian kamu punya tubuh yg bagus, pasti ntar keliatan indah hasilnya..” jawabku sekenanya.
“Ah.. Mulai tuh gombalnya…” kata Oka tersipu.
“Suer… Bener kok.. Kamu cakep, punya body bagus, mulus.. Kurang apalagi coba..?” kataku sambil berharap mudah2an dia jadi difoto.
“Oke lah… Ayuk, kita mulai..” kata Oka sambli berdiri. Yess..!! Aku bersorak dalam hati.
Oka mulai melepas t-shirt, celana pendeknya, lalu CD-nya sambil membelakangiku. Aku langsung mengambil gambarnya dari posisi belakang sambil mengarahkan gayanya. Oka menurut saja dengan arahanku dari mulai menghadap samping sampai ke kamera tapi dengan pose tangan tetap menutupi dada dan bagian bawahnya. Oka nampak enjoy dengan posenya yg semakin berani. Adik kecilku kembali terasa tegang, tapi tdk kuhiraukan karena asyik memotret.
“Open semua aja, Mel.. Nanggung..” kataku nekat. Oka kembali tersenyum dan perlahan melepas kedua tangannya dari dada dan bawahnya. Wow..! Perfect..!
Body Oka proporsional walaupun bisa dibilang agak kurus. Payudaranya tdk terlalu besar tapi bagus bentuknya, pantatnya pun sedang, jembinya kelihatan tipis dan rapi. Aku masih tertegun melihat pemandangan itu ketika Oka berkata “Tuh, kan.. Malah melongo.. terusin gak nih..?!”
“i..i..iya.. Terusin.. Habisnya kamu perfect, Ka..” jawabku tdk mau menyia-nyiakan kesempatan ini.
Lalu kami mulai lagi sesi pemotretannya. Kali ini Oka benar benar pose telanjang. Dia nampak enjoy dengan posenya, bahkan semakin lama semakin berani dan menantang. Kulihat sekilas dia merasa horny juga. Aku pun jadi semakin berani mengambil gambar bagian2 vitalnya dari dekat dan berbagai posisi. Adik kecilku terasa semakin berontak tapi aku tak peduli sambil terus mengambil gambar Oka.
Setelah berapa puluh jepretan kami pun kembali istirahat duduk di lantai sambil melihat hasil sesi kami. Kali ini Oka tdk langsung mengenakan bajunya, dia hanya menutup dadanya dengan t-shirtnya. Aku disampingnya dengan perasaan tdk karuan. Bagaimana tdk? Ada mahluk manis dan sempurna telanjang bulat disebelahku!

“Sempurna, Ka..” kataku tanpa sengaja terlepas.
“Ah, mas bisa aja.. Biasa aja kaleee..” kata Oka sambil mencubit pahaku.
“Yakin, Ka.. Ga bohong kok..” jawabku.
“iihhhhh, genit ah..!!” kata Oka merajuk sambil memukuli pahaku.
“Kamu tuh yg jadi genit kalo gini.. Cewek genit kan sukanya gitu..” jawabku.
“Tuhhhh kan… Malah ngeledek, awas lho..” Kata Oka sambil memukuli pundakku dengan tangan satu karena satunya memegangi t-shirt di dadanya.
Aku tertawa sambil memegang tangan yg memukuliku. Tanpa sadar tangan satunya berusaha memukulku juga sehingga t-shirtnya terlepas, aku langsung terdiam melihat payudaranya. Melihatku terdiam Oka langsung sadar dan segera melepas tangannya dan menutupi dadanya sambil tersipu melihatku.Aku menatap wajahnya yg tersipu itu, Oka nampaknya jadi salah tingkah dan terdiam menatapku juga.
Perlahan aku memegang kedua tangan yg menutupi dadanya lalu kulepas dari dadanya. Oka diam saja sambil kami bertatapan tapi wajah kami semakin mendekat entah siapa yg duluan. Lalu kukecup bibir tipisnya, dia diam saja sambil memejamkan matanya. Kali ini kucium bibirnya dan dia mulai membalas ciumanku, akhirnya bibir kami saling bertaut. Tak berapa lama Oka melepas tangannya dari peganganku dan langsung memeluk leher serta kepalaku. Ciuman bibirnya bertambah ganas, nafasnya pun jadi semakin cepat. Hmmm.. Oka mulai naik nih.., batinku. kami pun saling berpelukan sambil saling bermain mulut dan lidah.
Tanganku perlahan mulai gerilya di dada Oka. Kuraba dan kuelus payudaranya sambil sesekali memainkan putingnya, kadang kuremas perlahan. Oka semakin ganas menciumku dan semakin erat memelukku. Kemudian perlahan kurebahkan tubuhnya di lantai karpet sambil kami tetap saling berpagut.
Dengan posisi Oka yg rebah semakin memudahkan tanganku untuk menjelajahi tubuh mulusnya. Sambil terus berpagut bibir tanganku mulai memainkan payudaranya, kanan kiri bergantian. Kuremas perlahan dan kumainkan putingnya yg makin mengeras.
Lalu kulepas bibirku kemudian mulut dan lidahku mulai menjelajahi leher Oka, setelah puas terus turun ke arah payudaranya. Kukecup, jilat dan hisap payudara Oka satu persatu sementara tanganku mulai menjelajah ke selangkangan Oka. Oka mulai mendesah dan menggeliat merasakan naik birahinya ketika tanganku menyentuh pintu mekinya. Aku terus mempermainkan payudara Oka dgn mulutku sementara jariku memainkan pintu mekinya. Oka semakin menggelinjang sambil mendesah-desah dgn mata tertutup menikmati permainan ini.
Kemudian perlahan kuarahkan lidahku turun ke arah perut Oka, kujelajahi bagian perutnya dengan lidah dan mulut sampai akhirnya berhenti di dekat mekinya. Lalu aku beranjak dan duduk di depan selangkangan Oka dan segera kubuka lebar kedua kakinya. Kujilati mulut mekinya yg mulai basah perlahan sambil sesekali kumasukkan lidahlu kedalam lubangnya. Ternyata meki Oka tdk berbau sama sekali dan dia sepertinya sudah bukan perawan, membuat aku semakin asik memainkannya. Oka semakin menggelinjang sambil memegang kepalaku, mulutnya terus mengeluarkan desahan2 kenikmatan
“oooohhhh… aaahhhhh.. Masss… uuuuhhh….”
Aku terus memainkan lidahku di meki Oka yg semakin basah oleh cairannya. Tak berapa lama dia menggelinjang hebat dan mekinya tampak semakin membanjir oleh cairannya dan desahannya semakin bertambah keras
“aaaahhhh…! uuuuuhhh…massss…! Terusssss….! ooooouuughhhh…!!”
Rupanya dia sudah orgasme oleh lidahku. Seketika itu juga aku teringat pintu sudah dikunci atau belum, kuatirnya ada orang mendengar dan masuk. Aku menghentikan aktivitasku dan bermaksud mengunci pintu.
Oka ikut bangun menatapku dan berkata dengan nada protes, “Kok berhenti sih.. Kenapa..?!”
“Pintu udah dikunci belum tuh?”
“Udah.. Tadi aku kunci kok..”
“Ka, aku mau nanya sesuatu boleh?” tanyaku pelan, aku ingin yakin dia masih perawan ato tdk.
Kalo masih, aku gak mau nerusin ini. Aku gak mau merusak dia juga.
“Nanya apa, mas..?” sahut Oka sambil memegang tanganku.
“eemmmm.. Kamu masih virgin gak?”
“Emang kenapa mas? Bedanya apa?”
“Aku gak mau merusak kamu kalo kamu masih virgin, Ka…” jawabku.
“Aku udah gak virgin kok.. Tenang aja..” kata Oka sambil mulai menciumi leherku dan tangannya mulai membuka kancing bajuku.
Aku diam saja menikmati cumbuan Oka disekitar leherku sementara bajuku sudah mulai terlepas semua. Oka terus turun ke dadaku dan mulai menghisap putingku sambil kuelus pelan rambutnya yg harum, semakin membuatku sangat ingin ‘meng-eksekusi’ dia.
Perlahan Oka mendorongku hingga rebah dilantai sambil mulutnya terus mencium dan menjilati dadaku serta tangannya mulai meraba kedalam celanaku, setelah tangannya medapatkan penisku langsung dipegangnya dan dipijit-pijit lembut. Kemudian Oka mulai membuka retsleting celanaku, tampak ujung penisku menyembul dari balik CD-ku. Tak berhenti sampai situ Oka segera melorotkan celana dan CD-ku, aku pun langsung membantu melepasnya.
Sejenak Oka menatap penisku yg sudah berdiri tegak dan keras dgn pandangan yg tak kumengerti. Ukurannya sih biasa, gak gede2 amat, tapi mengacung dgn sangat keras. Perlahan Oka mulai mengelus penisku, kemudian menjilatinya dengan lembut, sangat nikmat sekali jilatannya. Lalu Oka mulai memasukkan penisku ke mulutnya memulai prosesi BJ-nya. Serasa sekujur tubuhku seperti kesetrum sampai ubun2 menikmati BJ Oka, perlahan tapi pasti mulutnya maju-mundur mengulum penisku sambil sesekali dijilati dan dikocok pelan penisku.
“oohhh, Ka… Kamu hebat, sayang…” kataku disela-sela desahanku menikmati BJ-nya.
Lalu kuraih dan kuangkat tubuh Oka yg sedang mem-BJ-ku naik ke atas tubuhku hingga posisi kami jadi 69, posisi favoritku. Meki Oka kini tepat di wajahku dan segera kujilati, Oka kembali menggelinjang diatas tubuhku. Semakin kerap aku memainkan mekinya dengan lidahku Oka semakin ganas dalam BJ-nya, mungkin disebabkan karena birahinya yg semakin tinggi.
Cukup lama kami dalam posisi itu hingga akhirnya Oka kembali menggelinjang keras sambil melenguh panjang dan mekinya bertambah basah menandakan dia mengalami orgasme lagi. Penisku yg sedang di BJ Oka pun semakin merasakan sesuatu yg akan keluar tapi aku masih berusaha menahannya, akhirnya kuhentikan aktivitasku dan berguling kesamping menurunkan tubuh Oka. Kini dia tergeletak pasrah di lantai, semakin membuatku ingin segera menerkamnya. Aku merebahkan diri disampingnya dan kembali menjilati putingnya sambil meremas-remas payudaranya. Tangan Oka meraih penisku lalu meremas dan mengocoknya.
Tak lama kemudian Oka menarik tubuhku untuk menindihnya, rupanya dia sudah ingin dieksekusi tapi malu untuk mengatakannya. Aku pun segera menindihnya tapi tak kumasukkan penisku ke mekinya sambil kutatap Oka, tampak pandangannya seperti sedang mengharapkan sesuatu. Kuciumi leher Oka sambil menusuk-nusukkan penisku ke permukaan mekinya, sengaja tdk kumasukkan dulu supaya dia tambah penasaran. Rupanya Oka sudah tdk tahan, kakinya semakin lebar mengangkang membuka jalan untukku.
Perlahan kugenjot pinggangku dan masukkan penisku ke mekinya secara bertahap. Oka memelukku erat ketika perlahan mekinya dimasuki penisku. Meki Oka terasa agak sempit tapi enak sekali rasanya. Akhirnya kutekan penuh pinggangku sehingga penisku masuk semua ke mekinya.
“auuhh..mas..aaaahhhh..!!” desah Oka sambil mempererat pelukannya.
Aku mulai menggenjotnya perlahan, lalu tambah cepat, lalu pelan lagi, terus menerus. Oka nampak merem-melek sambil terus mendesah menikmati genjotanku. Setelah bosan posisi itu aku segera bangkit dan kucabut penisku lalu kutekuk kaki Oka keatas. Kemudian sambil jongkok kumasukkan penisku lagi dan kembali kugenjot.
“ooowhhh…punyamu keras sekali masss…aaahhh…aku suka…uuuhh..” kata Oka disela desahannya.
“Punyamu juga enak, Ka..” jawabku sambil terus menggenjotnya.
Payudara Oka bergerak naik-turun seiring genjotanku, segra kuraih keduanya dan kuremas-remas perlahan. Oka jadi semakin terangsang dan mendesah-desah tak karuan.
Beberapa lama kemudian kucabut penisku dan membalikkan badan Oka supaya nungging.
“Jangan lewat pantat, mas… Gak mau..” kata Oka kuatir.
“Gak, Ka.. Tenang aja..” jawabku.
Segera kumasukkan penisku lagi ke mekinya setelah Oka dalam posisi nungging langsung amblas ke dalam, Oka melenguh panjang
“uuuuuugghhhh…masssshh.. “.
Segera kugenjot Oka dalam posisi doggy, dia tambah mendesah-desah tak karuan. Rupanya posisi ini memberikan sensasi yg hebat buat dia. Benar saja, tak sampai 5 menit dia mengalami orgasme lagi sampai wajahnya tertelungkup ke lantai. Posisi seperti ini membuat dia jadi lebih tinggi nunggingnya. Aku pun berhenti dan berdiri. Kumasukkan lagi penisku ke meki Oka yg sedang nungging. Bleeesss….. Langsung kugenjot lagi dengan irama biasa dan lama lama menjadi cepat. Oka kembali mendesah-desah tak karuan. Dia nampaknya pasrah mau dibuat seperti apa.
Setelah puas kulepas penisku lalu kubaringkan Oka lagi di lantai. Kutindih dia lagi dgn posisi misionaris. Kembali kuhujamkan penisku kedalm mekinya. Langsung kugenjot cepat karena aku sudah tdk tahan ingin segera menyemburkan maniku. Oka rupanya paham dengan maksudku, kakinya segera melingkar di pinggangku dengan erat. Rasanya semakin enak sekali meki Oka. Terus kupercepat genjotanku sambil berbisik ke Oka, “Keluarin diluar atau dalam, Ka..?”
“Terserah, mas…aku gak peduli, ah..” jawab Oka disela-sela deshan nafasnya yg memburu.
Pikiranku sempat bimbang juga, aku gak mau kalo Oka sampai hamil juga. Bisa panjang sekali nanti urusannya, pikirku.
Lalu kulepaskan lilitan kaki Oka di pinggangku dan kunaikkan ke depan dadanya, terus kugenjot lagi dia dengan cepat. Oka semakin hebat menggelinjangnya menandakan dia hampir sampai orgasme. Semakin kupercepat genjotanku karena kurasakan sesuatu akan segera menyembur.
“Massss…massss…uuuhhh…aa agghh..uuuhhhhhhhh.. .maassss…!!!” Oka memekik tanda dia sudah orgasme lagi.
Kupercepat lagi genjotanku sampai terasa klimak. Sebelum laharku menyembur, kulepas penisku dari meki Oka dan beringsut ke atas badan Oka. Aku sudah tdk tahan, akhirnya..
“aaaahhhh… Ka…aku keluarrrr…!!” dan.. Crot..crot..crot..crot.. Beberapa kali aku menyemburkan maniku di dada dan wajah Oka.
Dia tdk menolak sama sekali, bahkan ikut mengocok penisku dan itu membuatku semakin kegelian.
Tak lama kemudian Oka meraih t-shirtnya dan membersihkan cairan maniku di wajah dan dadanya. Aku pun berbaring di sisinya.
Lalu Oka memelukku sambil berkata,
“Terima kasih ya mas, pengalaman ini indah sekali…”
“Sama-sama, Ka… Kamu suka..?”
“Ehhmmmm…, baru kali ini aku merasakan seperti ini. Dulu sama mantanku gak kayak gini. Payah dia, cuma mau enaknya sendiri..” sungut Oka.
Setelah ngobrol2 sejenak sambil berbaring di lantai kami pun segera mengenakan baju dan aku juga berkemas bersiap2 untuk pulang. Sebelum membuka pintu Oka memegang tanganku dan memberikan ciuman di pipiku, baru kami keluar dan turun. Di bawah nampak Mei sedang berdiri di depan kantornya. Dia agak terkejut melihat kami berdua.
“Lho, dari mana aja kalian dari tadi..?” tanya Mei.
Aku baru ingat ternyata tadi cukup lama juga aku dengan Oka. Makan + ngobrol kira2 1 jam-an, sesi foto 1,5 jam-an, sesi ‘bercinta’ hampi 1 jam-an, istirahat 30 menitan, kira-kira 4 jam lebih!
“Dari atas lah…emang mau dari mana lagi..” jawab Oka. Kulirik Oka nampak dia mengerlingkan sebelah mata ke Mei dan kulihat raut Mei jadi berubah agak melongo dan bertanya-tanya. Wah, jangan jangan Oka nanti cerita ke Mei tentang peristiwa tadi. Tapi kubuang pikiran itu dan segera berpamitan pada mereka berdua.
Aku pun pulang dengan perasaan puas sekali. Hunting foto yg akhirnya dapat obyek bagus + bonusnya.
Sejak itu Oka kadang kontak kalau sedang ingin ditemani, entah untuk teman ngobrol atau ‘yg lain’