Saya mengenal Septi pertama kali, lewat sosial media berlanjut dengan sering BBM-an . Mulanya kami ngobrol biasa-biasasaja ( kenalan, bercanda,puisi, pantun dan tebak- tebakan, dll ). Menginjak minggu ke dua, tdk di sangka dia menanggapi secara antusias setiap obrolan saya yg sering menjurus / tema pembicaraannya sering tentang sexs.Waktu itu sebenarnya saya masih ragu apakah Septi ini betul-betul perempuan atau cuma lelaki iseng yg menyamar sebagai wanita . Maklumlah, selama ini kami berkomunikasi hanya secara tulisan, bukan lisan. Keragu-raguan itu akhirnya musnah setelah kami melakukan pertemuan di sebuah Plaza Mertopolitan.

Dari situ saya mengetahui bahwa Septi sebenarnya adalah seorang ibu rumah tangga. Suaminya sekarang sedang bekerja di sebuah kontraktor besar. Setelah masuk ke ruang tamu, Septi mempersilakan saya menunggu sementara dia membuatkan es jeruk untukku .
Agak lama Aku menunggu sampai akhirnya saya melihat Septi keluar membawa segelas es jeruk. Pakaian kerjanya telah ia ganti menjadi baju tidur tipis. Darah saya langsung berdesir melihat puting susunya yg menyembul karena ia melepaskan kutangnya .
Setelah saya minum beberapa teguk, tdk saya sangka Septi langsung memeluk dan menciumi saya dengan sangat bernafsu. Lidahnya menjalar di dalam rongga mulut saya. Tangannya memasuki kemeja saya lalu mengelus-elus dada saya.
Kemudian tangannya mulai bergerak turun, menuju ritsleting celana luar saya lalu membukanya. Jari-jarinya menyeruak masuk ke celana dalam dan meraba bulu- bulu keriting sebelum akhirnya sampai pada rudal saya yg sudah membesar. Nikmat sekali rasanya. Tangannya meremas- remas rudal dan sesekali meremas pula kantong pelir. Saya menyambutnya dengan memasukkan jari saya ke dalam baju tidur nya.
Payudaranya yg sangat besar ku remas dengan sangat bernafsu. Tangan satu lagi saya masukkan ke dalam celana dalam nya. Dari situ saya masukkan jari tengah saya ke dalam lobang vaginanya yg sudah basah. Dia mengerang ketika jari-jari tangan saya mengorek-ngorek dinding vaginanya Tdk puas dengan satu jari, saya masukkan lagi jari telunjuk saya hingga sekarang dua jari masuk ke dalam vaginanya Jari manis dan jempol saya gunakan untuk mencubit- cubit kelentitnya yg besar dan keras.
Dia merintih manja. Di ketika – ketika hot seperti itu tiba-tiba dia melepaskan pelukannya.
” Di dalam saja yuk, ” pintanya sambil menarik tanganku . aku menurut lalu meng ikut inya menuju kamar tidur.
Di sana dia mulai melepaskan seluruh pakaiannya, begitu pula saya hingga kami sekarang dalam keadaan telanjang bulat.
“Ikat saya pakai ini,” katanya sambil memberikan ke padaku beberapa utas tali. Saya terdiam keheranan.
” Ayo, jangan ragu-ragu. Siksa dan sakiti aku sepuas hatimu.” Tapi …,” tanyaku .
“Jangan takut “ , Septi menikmatinya kok.
“Ayo cepat … Tunggu apa lagi?”
“Oke,” sahut saya. Memang inilah yg paling saya senangi.
Bergegas saya mengambil segumpal kain lalu memasukkannya ke dalam mulutnya. Setelah itu mulutnya saya ikat kuat hingga tak mungkin dia dapat berteriak. Kalaupun berteriak, suaranya tdk akan terdengar karena sangat lirih teredam kain tebal.
Setelah itu kedua tangan dan kedua kakinya saya ikat ke masing- masing sudut tempat tidur. Sekarang bodynya sudah benar- benar tdk berkutik. Posisinya terlentang seperti patung pembebasan Irian Barat. Siksaan dimulai. Buah dadanya yg sangat besar saya tarik kuat- kuat lalu pangkalnya saya ikat hingga sekarang bentuk buah dadanya seperti balon.
Demikian pula dengan buah dadanya yg satu lagi. Dia menjerit se kuat – kuat nya. Saya dapat melihat buah dadanya yg putih dan montok sekarang berubah kemerah-merahan. Pembuluh darahnya membesar sebab darah tdk dapat mengalir lancar. Benar-benar mengerikan bentuknya. Saya ambil dua utas karet gelang. Karet gelang itu saya pilin berkali-kali sampai kecil lalu saya ikatkan ke puting susunya.
Septi menjerit sekuat-kuatnya . bodynya mengejang merasakan sakit yg tiada tara. Saya lari ke belakang, ke tempat jemuran. Di sana saya mengambil beberapa penjepit jemuran. Sampai di kamar ternyata Septi sudah mulai agak tenang. Tanpa buang waktu, saya jepit kedua puting susunya. Dia menjerit sangat keras. bodynya kembali meronta-ronta. Tapi ikatan pada bodynya terlalu kuat hingga dia tdk dapat berku tik. Penjepit berikutnya hendak saya pasang di kelentitnya. Tapi dia meronta. Mulutnya berusaha mengatakan sesuatu tapi kain yg membungkam mulutnya membuat kata-katanya tdk terdengar jelas bagiku .
Ketika saya hendak menjepitkan penjepit itu ke klitorisnya, dia menggoyang-geol-geol dan hentakan nikmatpinggulnya agar usaha saya gagal. Tapi saya tdk menyerah begitu saja, perutnya saya duduki lalu secepat kilat penjepit itu sudah menancap erat di klitorisnya. Septi menjerit sangat kuat . bodynya mengejang dan meronta-ronta menahan sakit yg teramat sangat.

Sebagian lendir lain yg berubah menjadi busa karena dikocok, meleleh keluar vaginanya menuju anus. Septi sepertinya menikmati perlakuan ini. Bibir vaginanya membesar dan merekah. Setelah sepuluh menit, saya lihat body Septi mengejang. Kakinya menendang-nendang. Pinggulnya terangkat ke atas. Mulutnya berteriak keras. Saya kira dia mengalami orgasme hebat. Setelah bodynya mulai tenang, saya lepas ikatan pada kedua kakinya. Kaki itu kemudian saya angkat ke atas kepalanya hingga lututnya meraba buah dadanya lalu saya ikat kembali. Saya masukkan rudal ke dalam lubang vaginanya yg menganga lebar.
Sampai di sini tdk ada masalah baginya. Bahkan sepertinya Septi sangat menikmati. Setelah tiga kali dorongan, saya cabut rudal ku yg sekarang sudah penuh dengan lendir licin. Dengan cepat saya tusukkan rudal saya ke dalam lubang duburnya. Sempit dan sulit sekali. rudal saya sampai bengkok. Septi berteriak hendak mengatakan “jangan”. Kepalanya menggeleng- geleng. Saya tdk peduli. Pada usaha berikutnya ketika rudal saya benar- benar keras, lubang anusnya berhasil saya tembus hingga dalam. Septi menjerit. Setelah masuk seluruhnya, saya kocokkan rudal saya keluar masuk dengan sangat cepat.
Septi kembali berteriak kesakitan. Kakinya menendang- nendang tapi percuma saja, karena rudal saya tdk mungkin dapat lepas. Sekitar 4 menit kemudian saya merasakan ej aku lasi telah hampir sampai. Saya ambil bantal lalu saya tutupkan ke muka Septi hingga Septi tdk dapat bernafas. ketika itulah saya mempercepat gerakan rudal saya maju mundur.
10 detik kemudian rudal saya benar- benar menegang, memuntahkan sperma banyak sekali ke dalam anusnya. Ah, nikmat sekali. Saya menikmati peristiwa itu selama belasan detik sampai kemudian saya sadar bahwa rontaan Septi semakin melemah. Cepat-cepat saya angkat bantal yg menutupi mukanya. Septi tersengal- sengal sambil diselingi batuk-batuk. Hampir saja dia mati tercekik.
Setelah puas, saya mulai melepas semua ikatannya lalu saya bertanya, apakah ia menikmati perlakuan saya ini? Dia mengangguk kemudian memeluk saya erat-erat. Bibirnya menciumi seluruh muka saya tak henti-hentinya.
Saya mengenal Septi pertama kali pada tahun 2013, lewat sosial media berlanjut dengan sering BBM-an . Mulanya kami ngobrol biasa-biasasaja ( kenalan, bercanda,puisi, pantun dan tebak- tebakan, dll ). Menginjak minggu ke dua, tdk di sangka dia menanggapi secara antusias setiap obrolan saya yg sering menjurus / tema pembicaraannya sering tentang sexs.
Waktu itu sebenarnya saya masih ragu apakah Septi ini betul-betul perempuan atau cuma lelaki iseng yg menyamar sebagai wanita . Maklumlah, selama ini kami berkomunikasi hanya secara tulisan, bukan lisan. Keragu-raguan itu akhirnya musnah setelah kami melakukan ” COPDAR = (copy darat)” di sebuah Plaza Mertopolitan.
Dan Ternyata dia seorang cewek muda pas dengan selera ku saat itu. Tdk begitu cantik tapi tdk juga jelek. Sedang-sedang sajalah. Yg istimewa darinya adalah bentuk body yg montok dan buah dadanya yg besar di atas rata-rata buah dada cewek Indonesia. Setelah berbicara beberapa ketika , dia mengajakku ke rumahnya di daerah Pondok Gede .
Dari situ saya mengetahui bahwa Septi sebenarnya adalah seorang ibu rumah tangga. Suaminya sekarang sedang bekerja di sebuah kontraktor besar. Setelah masuk ke ruang tamu, Septi mempersilakan saya menunggu sementara dia membuatkan es jeruk untukku .
Agak lama Aku menunggu sampai akhirnya saya melihat Septi keluar membawa segelas es jeruk. Pakaian kerjanya telah ia ganti menjadi baju tidur tipis. Darah saya langsung berdesir melihat puting susunya yg menyembul karena ia melepaskan kutangnya .
Setelah saya minum beberapa teguk, tdk saya sangka Septi langsung memeluk dan menciumi saya dengan sangat bernafsu. Lidahnya menjalar di dalam rongga mulut saya. Tangannya memasuki kemeja saya lalu mengelus-elus dada saya.
Kemudian tangannya mulai bergerak turun, menuju ritsleting celana luar saya lalu membukanya. Jari-jarinya menyeruak masuk ke celana dalam dan meraba bulu- bulu keriting sebelum akhirnya sampai pada rudal saya yg sudah membesar. Nikmat sekali rasanya. Tangannya meremas- remas rudal dan sesekali meremas pula kantong pelir. Saya menyambutnya dengan memasukkan jari saya ke dalam baju tidur nya.
Buah dadanya yg sangat besar ku remas dengan sangat bernafsu. Tangan satu lagi saya masukkan ke dalam celana dalam nya. Dari situ saya masukkan jari tengah saya ke dalam lobang vaginanya yg sudah basah. Dia mengerang ketika jari-jari tangan saya mengorek-ngorek dinding vaginanya Tdk puas dengan satu jari, saya masukkan lagi jari telunjuk saya hingga sekarang dua jari masuk ke dalam vaginanya Jari manis dan jempol saya gunakan untuk mencubit- cubit kelentitnya yg besar dan keras.
Dia merintih manja. Di ketika – ketika hot seperti itu tiba-tiba dia melepaskan pelukannya.
” Di dalam saja yuk, ” pintanya sambil menarik tanganku . aku menurut lalu meng ikut inya menuju kamar tidur.
Di sana dia mulai melepaskan seluruh pakaiannya, begitu pula saya hingga kami sekarang dalam keadaan telanjang bulat.
“Ikat saya pakai ini,” katanya sambil memberikan ke padaku beberapa utas tali. Saya terdiam keheranan.
” Ayo, jangan ragu-ragu. Siksa dan sakiti aku sepuas hatimu.” Tapi …,” tanyaku .
“Jangan takut “ , Septi menikmatinya kok.
“Ayo cepat … Tunggu apa lagi?”
“Oke,” sahut saya. Memang inilah yg paling saya senangi.
Bergegas saya mengambil segumpal kain lalu memasukkannya ke dalam mulutnya. Setelah itu mulutnya saya ikat kuat hingga tak mungkin dia dapat berteriak. Kalaupun berteriak, suaranya tdk akan terdengar karena sangat lirih teredam kain tebal.
Setelah itu kedua tangan dan kedua kakinya saya ikat ke masing- masing sudut tempat tidur. Sekarang bodynya sudah benar- benar tdk berkutik. Posisinya terlentang seperti patung pembebasan Irian Barat. Siksaan dimulai. Buah dadanya yg sangat besar saya tarik kuat- kuat lalu pangkalnya saya ikat hingga sekarang bentuk buah dadanya seperti balon.
Demikian pula dengan buah dadanya yg satu lagi. Dia menjerit se kuat – kuat nya. Saya dapat melihat buah dadanya yg putih dan montok sekarang berubah kemerah-merahan. Pembuluh darahnya membesar sebab darah tdk dapat mengalir lancar. Benar-benar mengerikan bentuknya. Saya ambil dua utas karet gelang. Karet gelang itu saya pilin berkali-kali sampai kecil lalu saya ikatkan ke puting susunya.
Septi menjerit sekuat-kuatnya . bodynya mengejang merasakan sakit yg tiada tara. Saya lari ke belakang, ke tempat jemuran. Di sana saya mengambil beberapa penjepit jemuran. Sampai di kamar ternyata Septi sudah mulai agak tenang. Tanpa buang waktu, saya jepit kedua puting susunya. Dia menjerit sangat keras. bodynya kembali meronta-ronta. Tapi ikatan pada bodynya terlalu kuat hingga dia tdk dapat berku tik. Penjepit berikutnya hendak saya pasang di kelentitnya. Tapi dia meronta. Mulutnya berusaha mengatakan sesuatu tapi kain yg membungkam mulutnya membuat kata-katanya tdk terdengar jelas bagiku .
Ketika saya hendak menjepitkan penjepit itu ke klitorisnya, dia menggoyang-geol-geol dan hentakan nikmatpinggulnya agar usaha saya gagal. Tapi saya tdk menyerah begitu saja, perutnya saya duduki lalu secepat kilat penjepit itu sudah menancap erat di klitorisnya. Septi menjerit sangat kuat . bodynya mengejang dan meronta-ronta menahan sakit yg teramat sangat.
Mukanya memerah dan dari matanya saya melihat tetesan air mata. Saya tinggalkan bodynya yg menggelepar-gelepar kesakitan. Saya masuk ke ruang makan. Di dalam lemari es (kotak dingin) saya menemukan sebuah pare putih ( Momordica charantia, bentuknya seperti mentimun, berasa agak pahit dan biasanya dijual tukang siomay bersama tahu, kentang, dan koll ) sangat besar. Pare ini kemudian saya pakai untuk mengocok lubang vaginanya dengan sangat cepat dan kasar. Septi menggelepar-gelepar ketika pare yg sepanjang permukaannya berbintil- bintil sebesar biji jangung itu keluar masuk lubang vaginanya Pare yg semula kering sekarang penuh dilumuri lendir putih, licin, dan berbau khas.
Sebagian lendir lain yg berubah menjadi busa karena dikocok, meleleh keluar vaginanya menuju anus. Septi sepertinya menikmati perlakuan ini. Bibir vaginanya membesar dan merekah. Setelah sepuluh menit, saya lihat body Septi mengejang. Kakinya menendang-nendang. Pinggulnya terangkat ke atas. Mulutnya berteriak keras. Saya kira dia mengalami orgasme hebat. Setelah bodynya mulai tenang, saya lepas ikatan pada kedua kakinya. Kaki itu kemudian saya angkat ke atas kepalanya hingga lututnya meraba buah dadanya lalu saya ikat kembali. Saya masukkan rudal ke dalam lubang vaginanya yg menganga lebar.
Sampai di sini tdk ada masalah baginya. Bahkan sepertinya Septi sangat menikmati. Setelah tiga kali dorongan, saya cabut rudal ku yg sekarang sudah penuh dengan lendir licin. Dengan cepat saya tusukkan rudal saya ke dalam lubang duburnya. Sempit dan sulit sekali. rudal saya sampai bengkok. Septi berteriak hendak mengatakan “jangan”. Kepalanya menggeleng- geleng. Saya tdk peduli. Pada usaha berikutnya ketika rudal saya benar- benar keras, lubang anusnya berhasil saya tembus hingga dalam. Septi menjerit. Setelah masuk seluruhnya, saya kocokkan rudal saya keluar masuk dengan sangat cepat.
Septi kembali berteriak kesakitan. Kakinya menendang- nendang tapi percuma saja, karena rudal saya tdk mungkin dapat lepas. Sekitar 4 menit kemudian saya merasakan ej aku lasi telah hampir sampai. Saya ambil bantal lalu saya tutupkan ke muka Septi hingga Septi tdk dapat bernafas. ketika itulah saya mempercepat gerakan rudal saya maju mundur.
10 detik kemudian rudal saya benar- benar menegang, memuntahkan sperma banyak sekali ke dalam anusnya. Ah, nikmat sekali. Saya menikmati peristiwa itu selama belasan detik sampai kemudian saya sadar bahwa rontaan Septi semakin melemah. Cepat-cepat saya angkat bantal yg menutupi mukanya. Septi tersengal- sengal sambil diselingi batuk-batuk. Hampir saja dia mati tercekik.
Setelah puas, saya mulai melepas semua ikatannya lalu saya bertanya, apakah ia menikmati perlakuan saya ini? Dia mengangguk kemudian memeluk saya erat-erat. Bibirnya menciumi seluruh muka saya tak henti-hentinya.