klik disini. Cerita ini dimulai dari kepindahanku ke Kota D di pulau B dari Kota S
di Pulau J pada tahun 1997. Waktu itu aku baru berumur 25 tahun. Karena
alasan untuk mengisi kekosongan di cabang perusahaan, aku dipindah
tugaskan. Saat itu aku bekerja di salah satu perusahaan garment terbesar
di Indonesia. Dan tugasku adalah sebagai marketing yang tugasnya
mengorder atau menawarkan barang baru ke toko-toko besar maupun kecil
termasuk departement store seperti Matahari, dll.
Suatu hari aku menawarkan order ke sebuah dept store yang cukup
populer di kota D tersebut. Untuk menemui bagian pembelian aku harus
melewati bagian resepsionist terlebih dahulu. Pada hari itu aku terkejut
karena yang menjaga bagian tersebut tidak kukenal (karena biasanya
adalah orang lain). Orangnya cantik, berwajah oval, manis, berkulit
kuning langsat dan sangat mulus. Bodinya yang sangat bahenol, pinggang
yang ramping, berpantat besar, dengan payudara berukuran kira-kira 36C.
Berambut hitam panjang. Siapapun lelaki yang melihatnya pasti(aku jamin)
menelan ludah dengan sex appealnya yang tinggi dan sangat memikat itu.
“Selamat siang”, sapaku.
“Oh ya, selamat siang,” jawabnya dengan suara yang halus.
“Saya ingin bertemu dengan Bapak Andrie di bagian pembelian,”
Kataku selanjutnya sambil mataku memandang tanpa berkedip ke wajah
cantik dan dadanya, kebetulan waktu itu dia memakai blazer dengan kaus
dalam yang berleher sangat rendah sehingga saya bisa melihat belahan
payudaranya yang besar itu.
“Baik tunggu sebentar,” jawabnya sambil tersenyum manis, kemudian dia menelepon bagian pembelian.
Sambil menunggu itu tidak henti-hentinya aku mencuri-curi pandang ke
arahnya. Sementara dia, sepertinya merasa kuperhatikan, jadi sesekali
tersenyum sambil menulis sesuatu di buku di hadapannya. Tak lama
kemudian telepon berdering dan aku dipersilahkan masuk.
Setelah selesai urusan tersebut, aku keluar melewati meja
resepsionist, dan kulihat cewek (sebut saja Ayu) seperti biasa menjaga
meja tersebut.
“Hallo Yu,” sapaku.
“Eh, Pak Roni, dari tadi, Pak?” sahutnya.
“Iya. Ini sudah selesai order. Eh Yu, tadi yang jaga meja ini siapa sih?” tanyaku langsung.
Kami sudah cukup akrab karena keseringanku ke tempat ini.
“Oh, itu tadi Ibu Linda, Pak, Manager Marketing yang baru, kenapa sih? Kok nanya-nanya?” tanyanya sambil tersenyum.
Belum sempat kujawab, Si Cantik Linda muncul. Aku jadi sedikit salah tingkah. Apalagi..
“Bu, ini lho ditanyain sama Pak Roni,” Ayu langsung nyerocos sampai wajahku terasa panas.
Singkat cerita kami berkenalan dan saling memanggil nama karena
kemudian kuketahui umurnya hanya terpaut setahun lebih tua dariku dan
sudah menikah dengan orang yang usianya terpaut jauh darinya. Ayu sempat
mengatakan kalau Linda baru saja berulang tahun. Dan sambil bercanda
aku mengatakan kalau aku mau diajak makan-makan. Dan dia menyanggupinya.Cerita Sex Menggairahkan,kisah Seks Menggairahkan,Cerita Mesum Menggairahkan,Cerita Sex Pegawai,Cerita Seks Karyawati,Cerita Wanita Sangat Menggairahkan
Pertemuan kami selanjutnya hanya di sekitar pekerjaan dan ngobrol
masalah-masalah ringan. Suatu hari, saat suaminya berdinas di Jakarta,
aku diundang ke rumahnya. Setelah aku tanya alamatnya, malam harinya aku
datang ke rumahnya. Aku disambutnya dengan memakai baju kaus tipis
tanpa lengan dan celana yang super pendek, hingga lekuk tubuhnya
terlihat jelas, apalagi belahan pantat di bawah celananya makin
merangsangku. Kaget juga melihat penampilannya yang seseksi itu,
walaupun dia terlihat memakai BH, tak urung membuat nafsu dan adik
kecilku merinding. Di rumahnya saat itu hanya dia sendiri ditemani
pembantunya yang lebih sering berada di dapur seperti saat itu.
Setelah sekian menit mengobrol, kami mulai saling mendekatkan diri.
Sampai dadanya yang besar dan kenyal itu menyentuh dadaku. Dan mulai
berpelukan dan saling mencium pipi, kemudian aku lanjutkan dengan
mencium lehernya.
“Kamu ternyata nakal juga ya, Ron,” katanya sambil tertawa kecil saat saya ciumi leher jenjangnya.
“Habis kamu sangat menggairahkan dan menggemaskan,” jawabku sambil melancarkan serangan.
Aku berusaha menembus daerah dadanya, tapi ditepisnya. Dan katanya
jangan nanti nggak enak, kan dia sudah menikah. Jadinya aku harus
menahan nafsuku malam itu walaupun pada saat penisku sudah sangat keras
aku sempat menggesek-gesekkan ke perutnya sambil kami berdiri
berpelukan. Malam itu aku pulang dengan hampa dan menahan gejolak
nafsuku. Sesampainya aku di rumah, aku langsung bermasturbasi sambil
membayangkan bersetubuh dengannya.
Sejak hari itu, bila bertemu sikap kami biasa saja, hanya saling
menyapa, bahkan kurasakan dia agak menjauhiku. Dan hal ini berlangsung
cukup lama sampai kira-kira delapan bulan lamanya. Aku sudah hampir
melupakan niatku untuk bercinta dengannya sampai suatu saat ada berita
di pagerku (saat itu aku belum punya Hp) berupa undangan ke rumahnya
untuk menepati janjinya waktu itu dia mengajakku makan merayakan ulang
tahunnya. Aku telepon dia dan membuat janji (waktu itu suaminya bertugas
ke luar kota).
Malam itu pkl.10.00 aku datang ke rumahnya. Kembali aku disambut
dengan pakaian yang menggairahkan berupa kaus tipis tanpa lengan dan rok
pendek yang memperlihatkan cetakan pantat dan celana dalamnya. Dari
pengalamanku yang lalu aku tidak ingin ceroboh lagi.
“Kok sepi-sepi saja, Lin? Suamimu berapa hari tugas ke Jakarta?” tanyaku setelah beberapa lama berbasa-basi.
“Empat hari. Eh, mau minum, Ron?”tanyanya.
“Boleh,” jawabku.
“Aku tadi dapat pinjaman VCD dari temanku di kantor, dan aku belum nonton. Kamu sudah pernah nonton nggak?”
Tanyanya sambil meletakkan minuman dan kemudian melangkah ke almari dekat kursi tamu.
“Mana sih, aku lihat dulu judulnya,” jawabku.
Setelah diserahkannya, aku teliti ketiga VCD tersebut, dan aku agak
terkejut karena salah satunya merupakan film mandari yang XX alias semi.
“Yang dua sudah nonton sih, juga yang mandarin ini, Cuma waktu itu belum
selesai. Kamu pengen nonton yang mana? Kalau aku yang mandarin ini
aja,” jawabku sambil berpikir untuk mencumbunya.
“Boleh aja, tapi VCD playernya ada di kamarku,”jawabnya.
Pikirku, wah kesempatan, nih. “Gak apa-apa kan, emangnya nggak boleh?” tanyaku memancing.
“Boleh sih, yuk, kita ke kamarku,” jawabnya sambil ngeloyor ke kamarnya di dekat ruang tamu.
Setibanya di dalam, kami berdua duduk manis di depan TV-nya sambil
menonton. Lalu aku mencoba untuk melingkarkan tanganku ke pundaknya. Dia
tidak bereaksi. Lalu aku makin berani untuk membelai kepala dan
rambutnya yang panjang dan lembut. Dia Cuma tersenyum saja aku
perlakukan demikian. Lalu kusibakkan rambut di sekitar lehernya dan aku
cium perlahan sambil menjilatnya pelan.
“Ih, geli, Ron”katanya sambil bergidik.
“Tenang aja, kamu nikmati ya,”jawabku.
Aku mencumbunya dengan sangat pelan. Mulai dari lehernya, kemudian aku
turun ke pangkal lengannya. Aku terus mencium dan menjilatinya perlahan
sementara tanganku tetap membelai rambutnya dan yang satu membelai
tangannya, tanpa aku berusaha untuk membuka pertahanannya yang manapun.
Linda makin lama makin menggelinjang karena kegelian dan nafsunya yang
perlahan mulai naik.
“Ron, aku matikan saja ya VCD-nya? Toh juga nggak ditonton, sekalian lampunya ya,”katanya sambil sedikit terengah.
“Oke,”jawabku.
Lalu dia mematikan VCD, TV, dan lampu kamar tersebut, sehingga
situasi remang, dan hanya diterangi oleh lampu teras. Walau demikian aku
masih bisa melihat jelas semuanya. Setelah itu aku kembali melanjutkan
aksiku. Aku menciumi bibirnya sambil membuka bajunya, sehingga dia hanya
memakai BH dan roknya. Kemudian setelah beberapa lama;
“Ron, kita buka aja semua yuk,” ajaknya.
“Ayuk,”jawabku, kemudian kami mulai melepas busana kami satu-satu sambil berdiri di tempat tidurnya.
Terpampanglah pemandangan indah di depanku. Linda yang tersenyum manis,
dengan payudara berbentuk bulat sempurna dan terlihat sangat kenyal
serta bentuk tubuh yang mirip gitar spanyol, ramping, pinggul yang
besar, dan terutama daerah kemaluannya yang tidak terlalu lebat, namun
terlihat berbulu sangat halus. Kemudian aku mulai mencium bibirnya
lembut sekali. Kunikmati ciuman-ciuman itu. Kemudian aku mulai turun
menciumi leher jenjangnya yang mulus sambil tangan kiriku mulai
memainkan susunya yang kenyal dan mulai mengeras, meremas dan
memutar-mutar putingnya, sementara tangan kananku meraba bagian
pantatnya yang juga besar dan padat.
Setelah beberapa lama dia mulai bereaksi dengan membelai tubuhku dari
punggung sampai kemudian berhenti di kemaluanku. Linda mulai
membelai-belai adikku sambil mengocoknya perlahan. Wah, sensasinya
sangat luar biasa.
“Ron, burungmu keras sekali,”katanya sambil mendesah.
Aku tidak menjawabnya karena sibuk mencumbunya. Kemudian perlahan-lahan
aku rebahkan dia di tempat tidur. Dan aku mulai mencium dan menjilat
turun dari bibir, leher sampai pada bagian susunya yang kuhisap dan
kujilati perlahan. Aku menikmati susunya yang besar dan mulus banget.
Aku jilatin daerah sekitar putingnya, sambil menyedot. Cukup lama aku
menikmati susunya sambil aku remas-remas. Rasanya aku ingin menelan
semuanya bulat-bulat. Linda menggelinjang sambil mengeluarkan suara
erangan dan desisan dari mulutnya. Sambil menikmati cumbuanku, tangannya
tak lepas dari penisku, membelainya lembut.
Perlahan aku makin turun sampai pada perutnya, kemudian ke
selangkangannya. Aku mulai mencari daerah pribadinya yang ditumbuhi
bulu-bulu yang hitam, lembut dan tidak terlalu lebat. Aku terus
menjilati sampai pada kemaluannya. Linda makin menggelinjang dan
mendesis.
“Oh..terus, Ron,..enak sekali..teruskan..,”desisnya.
Maka aku makin menjilati kemaluannya sampai pada klitorisnya, kurasakan
tubuhnya makin menegang. Kuhisap lembut klitoris dan kemaluannya yang
berbau khas, hingga makin menaikkan gairahku. Kemaluan itu makin lama
makin basah, mengeluarkan lendir yang aku jilat sampai puas. Pahanya
mulai bergerak menjepit kepalaku, sehingga aku merasakan kemulusannya
membelai pipiku. Tak lupa aku juga sebentar-sebentar enjilat paha dan
daerah di sekitar vaginanya itu. Kemudian aku sedikit mengangkat
pantatnya agar aku bisa menjilati lubang anusnya. Sementara itu,
tangannya bergerak-gerak menggapai kepalaku sambil menekan makin dalam.
Kembali aku mainkan lidahku di lubang vaginanya itu, masuk dan keluar.
Linda makin menggelinjang dan kurasakan badannya makin mengejang.
Setelah aku puas memainkan kemaluannya, aku memintanya ganti
mencumbuku. Maka aku direbahkan dengan posisi dia di atasku. Linda mulai
menciumiku dari bibir, leher, dan akhirnya ke susuku sambil tangannya
membelai lembut penis dan testisku. Ciuman lembutnya sangat merangsangku
sehingga adikku makin keras dan memanjang. (Oh ya, penisku tidak
terlalu besar, tapi sangat kencang dan keras). Cukup lama dia menciumi
daerah dadaku, kemudian dia semakin turun, dan tidak disangka (karena
aku menikmati sambil memejamkan mata) dia mulai menjilat lembut kepala
penisku. Aku sempat kaget karena tidak menyangka dia akan melakukannya.
Aku nikmati saja jilatan-jilatan lembutnya. Kemudian dia mulai
mengulum penisku juga sangat lembut. Wah, rasa dan sensasinya sangat
luar biasa. Aku bagai terbang tinggi ke awan. Tidak sampai di situ, dia
juga menjilati testisku yang makin merangsangku. Cukup lama dia
menjilati penisku, sampai ada sedikit cairan yang keluar dan dia
menjilatinya sampai habis. Kemudian dia perlahan bangun dan duduk di
atas penisku. Pelan-pelan dia menggesek-gesekkan vaginanya di atas
penisku. Vaginanya yang lembut dan licin serasa memijit penisku yang
keras.
“Oh,..enaknya..ss.ss.ss,”erangnya.
Tak lama kemudian tubuhnya terlihat mengejang dan roboh ke dadaku.
“Luar biasa, Ron, aku sampai bisa keluar,”bisiknya sambil terengah.
Kemudian kami bercumbu lagi, dan dia mengulangi hal yang sama sampai
dua kali, dan dalam waktu singkat dia mengalami orgasme kembali,
sementara aku belum merasa ingin keluar. Maka aku nikmati saja
permainannya, sampai kemudian..
“Aku masukin ya adikku,”kataku.
“Ya, tapi pelan-pelan ya, “jawabnya.
Maka aku mulai memasukkan penisku ke lubang senggamanya perlahan sampai
semuanya masuk. Kemudian aku mulai menggoyang perlahan-lahan, makin lama
makin cepat. Sementara dia mengerang dan mengejang Di antara desahan
dan deru napasnya aku makin mempercepat gerakanku, sampai akhirnya..
“Lin..aku..mau..kell..luar,” dan tersemburlah spermaku ke liangnya.
Kemudian aku lemas. Aku biarkan penisku berada di vaginanya beberapa
lama sambil merasakan denyutan-denyutannya yang menggairahkanku.
Kami mengulangi permainan kami beberapa kali malam itu. Sampai waktu
menunjukkan pukul 02.00 pagi. Dan aku pulang dengan kepuasan dan sedikit
penyesalan (maklum istri orang). Keesokan siang, aku kembali ke
rumahnya, dan bercinta sampai malam. Kemudian kami pergi makan malam
seperti yang dijanjikannya.
Setelah kejadian itu, kami bersikap biasa bila bertemu, karena kami tidak ingin orang lain tahu perbuatan kami.